ChitChat Q&A dengan Psikolog - Page 5
Page 5 of 11 FirstFirst ... 3 4 5 6 7 ... LastLast
Results 61 to 75 of 152
  1. #61

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    ibuasatrio
    haii mom, saya praktek di LPT UI Salemba dan Klinik rumah hati cilandak...semua by appointment..
    iya gpp bu, untuk cari second opinion dalam bidang kami sangat diperbolehkan. Untuk efek obat memang bisa berbeda-beda untuk tiap anak, dan yang memberikan obat biasanya psikiater anak. Dari sisi psikologis, biasanya anak diarahkan untuk mengikuti koreksi atau terapi sensory integrasi, okupasi atau ABA agar anak lebih mampu untuk bisa mengikuti aturan dan kegiatan yang dituntut kepadanya. Kalau ibu ingin dijadualkan konsul langsung dengan saya bisa email data dirinya, nanti saya daftarkan supaya enggak waiting list terlalu lama. Email data anak dan no telp yang bisa dihubungi, ke Hidden Content .
    Last edited by sugarenspice; Jan 16, 2014 at 07:29 AM. Reason: remove quote

  2. #62

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Narniya

    hai mba Namiya, semoga selalu sehat ya..Hidden Content Yang pertama, saya ikut prihatin dengan pengalaman keguguran yang pernah dialami dan masih banyak waktu untuk terus mencoba menjalani kehamilan. Ada beberapa hal yang berpengaruh pada cepat atau tidaknya seorang wanita mengalami kehamilan. Selain faktor kesehatan fisikeperti ada tidaknya penyakit yang diderita, gangguan fertilitas baik dari pihak istri atau suami, kelelahan, asupan gizi yang kurang dan lain sebagainya, Faktor psikologis memberikan kontribusi yang besar pula pada kehamilan seseorang.
    Banyak kasus yang terjadi, sepasang suami istri dinyatakan sehat secara fisik namun ternyata mereka tidak lekas hamil karena stress yang diderita oleh kedua pasangan atau salah satu diantaranya. Kalau dalam kasus mba Namiya, kemungkinan stress adalah faktor yang paling berperan besar terhadap kondisi reproduksi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tony Weschler Pendiri Fertility Awareness Counseling and Training Seminars (FACTS), stres bisa mempengaruhi fungsi hipotalamus, bagian di otak yang berfungsi mengatur emosi, tekanan darah, denyut jantung, suhu tubuh dan perilaku konsumsi. Bagian otak ini juga mengatur hormon yang memerintahkan ovarium untuk melepaskan sel telur. Ia juga menyatakan bahwa ketika seorang wanita yang tengah berusaha untuk hamil dan dalam kondisi stres, cairan di mulut rahim akan memberikan peringatan ada sesuatu yang terjadi. Sehingga ketika stres, wanita akan mengalami 'masa kering'. Sementara ketika tidak stres, menjelang ovulasi, wanita akan merasa area mulut rahimnya basah.
    Perasaan anda yang tidak nyaman dan tertekan tersebut akan memperlambat proses kehamilan anda. Selain faktor biologis yang sudah disebutkan diatas, tentunya secara psikologis saat anda sedang melakukan hubungan suami istri dalam keadaan yang tidak nyaman atau anda masih merasa kesal dengan pasangan tentunya akan keadaan fisik seperti kualitas sperma atau sel telur dan mekanisme tubuh lainnya yang terkait dengan reproduksi. Ada beberapa hal yang harus anda lakukan :
    1. yakinkan pada diri sendiri bahwa Anak adalah rejeki dari Tuhan, jika saat ini masih belum diberikan kehamilan yang cepat, percayalah bahwa Tuhan tidak pernah salah dalam menentukan waktu yang tepat. Ketika anda yakin dan ikhlas, namun tetap berusaha atau beriktiar untuk mendapatkan keturunan, yakinlah bahwa kemudahan akan datang.
    2. Belajarkan memaafkan dan bersikap sabar. Memaafkan apa yang telah dilakukan oleh suami dan menyesuaikan diri dengan karakternya karena anda tidak mungkin mengharapkan orang lain akan mengerti anda secara terus menerus. Bisa saja saat itu, suami ingin menenangkan keluarganya yang telah berharap akan segera memiliki cucu dan itu jauh lebih "melelahkan".
    3. Lakukan relaksasi, gemari hobbi tertentu atau melakukan yoga. rasa nyaman yang anda peroleh dari kegiatan tersebut, akan membuat anda menjadi lebih bahagia. Jika perlu ajaklah suami untuk melakukan kegiatan bersama. Kegiatan ini juga akan membuat anda sedikit demi sedikit melupakan pengalaman tidak menyenangkan saat dikuret.
    4. Komunikasikan apa yang ada dalam pikiran anda, jangan hanya dipendam karena suami tidak akan memahami jika tidak diungkapkan. Carilah jalan keluar dengan kepala dingin, jika ada hal-hal yang belum sejalan. Jangan turuti kemarahan atau kekesalan, karena justru akan memperburuk keadaan
    Demikian ya Mba Namiya..semoga bisa menjalani proses dengan tenang dan nyaman..Hidden Content
    Last edited by sugarenspice; Jan 16, 2014 at 07:30 AM. Reason: remove quote

  3. #63

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Post Re: Q&A dengan Psikolog

    Ryen

    Wah sangat disayangkan sekali ya kalau pihak pesantren tidak mampu untuk mengakomodasi perkembangan psikologis anak remaja, seharusnya ada konsekuensi atau pendampingan yang lebih personal secara psikologis pada anak-anak tersebut apalagi terkait dengan kegiatan merokok atau perilaku misbehavior lainnya. Untuk memindahkan anak ke sekolah lain, sebaiknya usahakan untuk diskusi dulu ya bu dengan putranya, membuat list bersama mengenai plus minusnya...karena tentunya dasar awal memasukkan anak ke pesantren dengan harapan pendidikan agama dan moral yang lebih baik. Harapan tersebut harus terus ditegaskan kepada putranya agar ia memahami tuntutan yang diharapkan orangtua, namun selalu usahakan dengan cara-cara komunikasi yang efektif agar ia pun nyaman menerima input. Hidden Content
    Last edited by sugarenspice; Jan 16, 2014 at 07:30 AM. Reason: remove quote

  4. #64
    Immigrant ndanish's Avatar
    Join Date
    May 25, 2013
    Posts
    174
    Mentioned
    9 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Dear mb Irma..
    Numpang curhat nih, super bingung. Begini, sy memiliki keponakan perempuan (7mos), sy sendiri memiliki baby boy (14mos), suatu hari adik ipar ato ibu di kwponakan ada urusan mendadak ttg pekerjaannya, jadinya tuh anak ditinggal gitu aja tanpa ada ASIP, sufor ataupun MPASI. Ketika dia lapar dan ngantuk, nangislah tuh anak. Udah dikasih minum air putih, diayun ayun, tetep aja betah nangisnya. Karna nangis ga brenti brenti, sy kan iba, ga tega mendengar tangisnya. Dg persetujuan bapak ibuku, sy susuin dia lah. Anakq juga masih full asi. Akhirnya dia bisa diam. Terus sampai sekarang kalo ditinggal ibunya kerja, pastilah dia slalu ngrengek2 sama sy kalo ngantuk dan pengen nyusu. Tp lama kelamaan sy ga enak sama ibuny, takutnya dikira merrbut perhatian anaknya. Maka dr itu skrg sy agak mengurangin nyusuinya. Tp kasian jg kalo dia diasuh ibuku dan selalu nangis kalo lapar. Tuh anak ogah2an kalo dikasih sufor
    Yg jd pertanyaan, apakah tdk apa2 jika sy tetap jd ibu susuny secara sy adlh budenya yg jg memiliki bayi Asi? Adakah pengaruh scra mental untuk kedua anak tsb? Trima kasih sebelumnya

  5. #65

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Post Re: Q&A dengan Psikolog

    ndanish

    Dear mba Dhanis...sebenarnya tidak ada masalah terkait dengan pemberian ASI kepada keponakannya, karena memang ASI sangat baik untuk perkembangan fisik anak. Mungkin hal itu sudah dipahami oleh mba Dhanis ya. Tetapi memang, yang perlu menjadi perhatian orangtuanya adalah perkembangan psikologis atau mental anak. Salah satu alasan kenapa ASI sangat dibutuhkan karena dapat membantu pembentukan bonding atau kelekatan emosi antara Ibu dan Anak sejak usia dini. Saat proses pemberian ASI tersebut, hormon oksitosin atau yang dinamakan hormon kasih sayang bekerja sehingga akan mempengaruhi kualitas hubungan atau ikatan batin antara ibu dan anak. Bisa dimaklumi jika keponakan anda akan merengek dan menangis terus menerus ketika didekat anda, karena ia tahu bahwa sumber ASI nya ada didekatnya. Ketika diberikan ASI, ia memperoleh pelukan dan kehangatan sehingga hal itu membuatnya menjadi nyaman. Yang menjadi pertanyaan saya adalah, apakah Ibunya sulit untuk memproduksi ASI? karena memang donor ASI disarankan untuk beberapa kasus tertentu, tetapi akankah tidak bijak jika Ibunya bisa memproduksi ASI, namun tidak berusaha semaksimal mungkin untuk meluangkan waktu untuk menyiapkan cadangan ASI ketika ia bekerja.

    sebaiknya anda berdiskusi dengan kakak ipar, karena bagaimanapun hal ini cukup sensitif dikemudian hari. Kemukakan saja hal tersebut, atau jika anda sungkan anda bisa berdiskusi dengan kakak kandung anda dan berdiskusi kembali dengan ayah ibu yang sebelumnya menyetujui pemberian ASI anda terhadap keponakan. Sarankan kepadanya, jika ingin menitipkan anaknya di rumah, sebaiknya lakukan persiapan dulu terutama terkait dengan cadangan ASI dan MPASI yang akan diberikan kepada anaknya. Ibunya juga perlu banyak mempelajari mengenai proses penyampihan, agar tidak mengalami masalah yang berarti terkait dengan psikologis dimasa yang akan datang, misalnya gangguan kecemasan atau perilaku negative lainnya. Demikian ya mba...
    Last edited by sugarenspice; Jan 29, 2014 at 10:31 AM. Reason: remove quote

  6. #66

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default

    Mbak irma..
    Pertanyaan chikichikiboomz terlewat kayaknya..
    Masalah anak batita yg menangis dalam keadaan tidur n intensitas yg selalu tiap hari.

    Makasyih
    @_@

  7. #67
    Immigrant ndanish's Avatar
    Join Date
    May 25, 2013
    Posts
    174
    Mentioned
    9 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Mba irma..
    Terima kasih atas responnya.
    Sebenarnya tdk ada kekurangan dlm produksi ASI adik ipar saya, sy selaku kakak iparnya jg udah pelan2 mengarahkan bahwa sebaiknya si anak dikasih ASI P aja karna dia ga mau minum sufor. Udah minta suaminy (adik kandunf sy) agar membujuknya, namun si ibu blm tergerak jg untuk memerah ASInya. Ortu kami pro Asi. Akan tetapi sebagai mertua, ibu sy tdk ingin terlalu "cerewet" sm menantunya, takut dikira km tdk sanggup untuk merawat cucu.
    Sbg seorang busui, sy bagai di antara 2 pilihan yg sulit. Pertama, jika sy beri Asi, sy takut ke depannya bonding kponakan dan ibunya akan terganggu, terlebih jk hal tsb dpt mempengaruhi mentalnya. Apalg jk si anak akan lekat dg sy, pastilah ada sdkt rasa tak enak di hati.
    Kedua, jk tak diberi asi, pastilah anak tsb nangis dan rewel sepanjang ditinggal ibunya. Udah dicoba bermacam2 merk sufor, dia ga mau.
    Sekarang udah berusaha stop menyusuinya atas permintaan bapaknya. Akan tetapi sy terkadang tetap kasih asip sy ke anak itu.

  8. #68
    Immigrant Europelovers's Avatar
    Join Date
    Jun 10, 2012
    Location
    Where Hitler used to rule
    Posts
    150
    Mentioned
    56 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Halo Mba Irma,

    Mba anakku 3yo, kalau ngambek karena mau sesuatu sampai jerit2 dan mukul/nendang. Apa perlu ya saya bawa ke psikiater.
    Anakku ini dari umur 6 bulan smp 1tahun 9 bulan sama mamaku (karena aku dan papahnya melanjutkan studi ke luar) setelah itu aku yang urus. Sebagai gambaran dia cucu pertama dikeluargaku, dimanja sekali semua keinginannya selalu diikuti.
    Sejak di umur 2 tahun 9 bulan kami pindah kerumah sendiri, agar tidak terlalu dimanja kakek neneknya, tapi kok tantrum nya semakin menjadi ya. Malah orang tua saya bilang lebih baik sikapnya saat di rawat mereka dahulu.

    Apa ada yang salah dengan cara saya merawat? atau sebaiknya anak saya tetap dalam pengasuhan orang tua saya? mohon bantuannya.
    Trims

  9. #69

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Europelovers

    Hai mba, tempertantrum adalah kondisi dimana seorang anak kesulitan untuk mengontrol emosinya sehingga tampil dalam perilaku seperti menangis berlebihan, menjerit-jerit, berguling-guling, headbanging atau perilaku menyakiti diri sendiri. Dikutip Colorado State University Extension, R.J. Fetsch and B. Jacobson mengatakan bahwa tantrum biasanya terjadi pada usia 2 sampai 3 tahun ketika anak-anak membentuk kesadaran diri. Balita belum cukup memahami kata “aku” dan “keinginan dirinya” tetapi sangat mudah untuk tahu bagaimana memuaskan apa yang diinginkan. Tantrum adalah hasil dari energi tinggi dan kemampuan yang tidak mencukupi dalam mengungkapkan keinginan atau kebutuhan “dalam bentuk kata-kata”.Tantrum biasanya terjadi pada usia 2 dan 3 tahun, akan mulai menurun pada usia 4 tahun. Mereka biasanya mengalami ini dalam waktu satu tahun. 23 sampai 83 persen dari anak usia 2 hingga 4 tahun pernah mengalami temper tantrum.
    Biasanya perilaku anak yang tantrum dipicu pula oleh beberapa hal misalkan pola pengasuhan yang kurang konsisten, terlalu dimanjakan dan semua serba diberikan sehingga ketika suatu saat ada aturan yang melarang maka emosinya akan sulit dikendalikan, orangtua yang protektif atau sebaliknya orangtua yang banyak larangan, ikatan emosi yang kurang lekat antara orangtua anak. Penyebab umum lainnya termasuk karena rasa lapar atau lelah. Anak tantrum juga karena ia sedang berusaha untuk mencari perhatian orang yang ada disekitarnya. Dari pengalaman praktik saya, kebanyakan issue yang muncul dalam keluarga karena pola asuh yang tidak konsisten atau anak memang memiliki gangguan tumbuh kembang tertentu sehingga lebih sensitif terhadap stimulus diluar tubuhnya. Untuk menghadapi anak yang tantrum ada beberapa hal yang harus anda lakukan :

    [LIST][*]Berusaha untuk bersikap tenang, karena banyak sekali orangtua yang panik atau bahkan "senewen" ketika anaknya tantrum sehingga akan memperparah tantrum itu sendiri.[*]Terus lakukan kegiatan anda. Abaikan anak sampai dia lebih tenang dan tunjukkan aturan yang sudah disepakati bersama. Tetapi coba untuk mengawasi daerah sekitar anak, agar tidak ada benda-benda berbahaya yang dapat melukainya seperti perabotan rumah[*]Ketika ia memukul-mukul, segera pegang tangan yang ia gunakan untuk memukul tersebut. Berikan penjelasan kepadanya fungsi tangan bukan untuk memukul sambil tetap memegang tangan atau lakukan teknik mendekap[*]Dekaplah anak sampai ia tenang, anda harus lebih kuat daripada tenaganya. carilah posisi duduk dan bersandar sehingga anda bisa menopang tubuhnya dengan posisi yang aman.[*]Cobalah untuk menemukan alasan kemarahan anak Anda.[*]Jangan menyerah pada kemarahan anak. Ketika orang tua menyerah, anak-anak belajar untuk menggunakan perilaku yang sama ketika mereka menginginkan sesuatu.[*]Hindari untuk membujuk anak Anda dengan imbalan yang lain untuk menghentikan kemarahannya. Anak akan belajar untuk mendapatkan imbalan.[*]Arahkan perhatian anak pada sesuatu yang lain[*]Berikan pujian dan penghargaan perilaku bila tantrum telah selesai misalnya dengan acungan jempol, ciuman, pelukan, sticker atau makanan karena pastinya ia sangat lelah dengan tantrumnya.
    Mudah-mudahan sarannya bisa segera dipraktikkan ya mba...Hidden Content

    chikichikiboomz
    Oalah...maaf ya kalau terlewat. perasaan sudah pernah bales, tapi mungkin kasus yang lain ya. ok segera dijawab ya.
    Last edited by sugarenspice; Feb 5, 2014 at 07:54 AM. Reason: remove quotes

  10. #70
    Permanent Resident
    Join Date
    Aug 17, 2012
    Posts
    535
    Mentioned
    152 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Mbak Irma,
    Aku punya adik sepupu, kebetulan karena aku lagi ambil psiko juga, malah jadi tempat diskusi tanteku si mamanya dia, kita sebut aja anak itu A.

    Si A ini udah dua kali kuliah tidak selesai. Yang pertama dia DO karena dia bilangnya tidak suka dengan kuliahnya. Akhirnya mamanya mengijinkan dia utk kuliah lagi. Kemudian dia kuliah mengambil jurusan yg diinginkan dan alhamdulillah keterima di universitas yg dia pengen juga.
    Setiap hari mamanya selalu membangunkan dia utk ke kampus, dan dia pun ke kampus setiap harinya. Sampai akhirnya selesai uas, mamanya meminta nilainya. Tapi dia ketakutan dan ngaku kalau dia hanya masuk kelas selama dua minggu pertama saja dan selama empat bulan sisanya bohong dan malah main ditempat games gitu mbak.

    Jujur saja karena ini adik sepupu saya yg saya sayangi, saya concern banget. Apalagi melihat ibunya. Saya sendiri sudah dianggap anak sama ibunya, dan si A juga merupakan adik seperti adik kandung sendiri.

    Kalau saya perhatikan si A memang mengalami depresi karena selalu menghabiskan wkatu di kamar, tidak mau keluar dan menolak mencari teman. Pernah saya ajak bicara dari hati ke hati, dia bahkan bilang sama saya saking bingungnya dengan dirinya sendiri, dia memikirkan "worst thing to do" mbak, saya enggan menyebutkan apa. Mendengar itu saya jadi takut mbak.

    Kira2 sebagai keluarga kita bisa apa yah mbak? Saya sudah buatkan janji dengan psikolog, tapi dia hanya datang sekali saja. Dia bilang kalau dia terus saja bohong sama psikolog dan orang-orang terdekatnya.

    Ibunya sendiri lebih ingin kalau dia dimasukkan ke pesantren saja. Saya sendiri khawatir dengan psikolognya si A jika dipisahkan dari kakaknya.


    Terimakasih banyak sebelumnya mbak Irma.
    xoxo

  11. #71
    Immigrant Europelovers's Avatar
    Join Date
    Jun 10, 2012
    Location
    Where Hitler used to rule
    Posts
    150
    Mentioned
    56 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Dear Mba Irma,

    Terima kasih banyak atas jawabannya. Saya pernah mendiamkan anak saya saat sedang tantrum dengan cara mengunci diri di kamar. Ternyata dia menemukan raket nyamuk dan memukul pintu kamar saya dengan raket tersebut hingga baret2 dan raket nya rusak. Saya terus mendiamkan tapi tidak juga berhasil diam, akhirnya suami saya menyerah dan keluar.

    Terkadang saat dia main sesuatu dan tidak bisa maka dia akan marah2 juga dan menjerit2. Memang mengenai pola asuh yang tidak konsisten saya akui, sebab orang tua saya masih sangat memanjakan sekali (anak saya masih sering dibawa dan menginap dirumah orang tua saya) bahkan kadang jika saya melarang oleh orang tua saya akan dibela. Apakah perilaku anak saya masih dikatakan tantrum yang normal?

  12. #72

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Post Re: Q&A dengan Psikolog

    chikichikiboomz

    Dear mba Chiki, maaf late respon ya..Sebenarnya anak usia batita, memang masih wajar sekali bersikap rewel dan sulit untuk diatur. Hal itu terjadi karena keterbatasannya dalam memahami lingkungan, terbatas dari aspek bahasa dan juga emosi. Apalagi usia batita memang anak sedang menunjukkan sisi egocentrisnya. Semua serba “aku” sehingga memang menjadi sulit untuk diajak kerja sama, apalagi diharuskan untuk membantu Ibunya. Istilahnya sama diri sendiri saja, ia belum “puguh” atau ajeg, nah kemudian diminta untuk membantu merawat. Dalam hal ini keterlibatan anak batita terhadap adiknya yang masih baby memang jangan diharapkan seperti anak-anak yang sudah lebih besar karena memang usianya masih harus diajarkan secara konkrit dan dipraktikkan langsung, misalnya saja Ibu mendekatkan adik bayi ke dekat kakak, mengajaknya bicara bersama, memberikan sugesti mengenai peran kakak yang baik dan sayang dengan adik bayinya. Setelah itu mengajaknya perlahan untuk sekedar membenahi selimutnya, mengusap kakinya atau mengajak kakak untuk bicara dengan adik misalnya dengan kata-kata “adik pinter ya, nanti bobo ya”. Hal itu harus dilakukan secara konsisten, terus menerus, sabar dan jangan pernah bosan ya.
    Nah mengenai traumatic event karena perceraian bisa menjadi salah satu factor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak membuat anak sulit tidur, mengompol, marah-marah, kesal atau rewel. namun menurut survey efek yang paling terlihat sekali ketika anak-anak berada diusia sekolah karena mereka sudah mampu melakukan penilaian terhadap apa yang terjadi antara ayah dan Ibu. Pertengkaran ayah ibu yang intens akan memberikan pengaruh pada kejiwaan anak, sehingga jika pernah terjadi sebaiknya cepat-cepat mencari media bagi anak untuk melepaskan ketegangan atau perasaan yang tidak nyaman yang pernah ia rasakan. Misalnya dengan banyak-banyak memberikan kesempatan bermain dan berinteraksi dengan orang lain. Untuk mantan suami, usahakan mba Chiki menjalin terus komunikasi yang efektif, semua terkait anak-anak. Jangan libatkan emosi personal dalam membahas anak. Komunikasikan saja dengan cara yang baik, bahwa anda berusaha untuk mengesampingkan emosi (ego) pribadi dalam berhubungan kembali dengan mantan suami, karena hal itu dilakukan untuk kenyamanan psikologis anak-anak sampai kelak mereka dewasa nanti.
    Untuk masalah tidur yang sering menangis, cobalah untuk merefresh kembali keadaan. Buat pola yang baru, misalnya saja jam tidur lebih awal, melakukan aktivitas yang menyenangkan seperti mendongeng sebelum tidur, melakukan massage pada anak-anak dengan baby oil yang hangat, mensugesti kata-kata positif pada anak-anak, mengkondisikan rungan tidur yang nyaman antara lain sejuk, lampu yang remang, dan bisa ditambahkan dengan aroma therapy yang menenangkan.
    Last edited by sugarenspice; Feb 5, 2014 at 07:54 AM. Reason: remove quote

  13. #73

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Hi mbak irma.

    Mau minta tolong pendapatnya ya. Anak ku laki laki umur 2,5tahun. Suka nonton Frozen. Dia bisa semua lagu. Tapi kmaren ini dia ambil handuk atau selimut terus di sampirin di pundak dan nyanyi let it go. Ngikutin princess elsa. Ini bahaya ga ya mbak? Atau normal hayalan anak anak?

    Makasi banyak mbak.

  14. #74
    Resident
    Join Date
    Dec 21, 2013
    Posts
    325
    Mentioned
    10 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    hi Mbak Irma,

    anak perempuanku 3,4tahun sangat aktif dan sering menjadi "biang kerok" kalau sedang ngumpul dengan sepupu2nya.. entah ada saja yg dibuatnya nangis, mulai dari rebutan mainan sampai rebutan makanan. bagaimana menghadapi dan memberi pengertian kepadanya. saya kadang merasa kasihan karena sering sekali diomelin atau kena cubit kecil kalau dia sedang kumpul dengan saudara2nya... sampai2 saya jadi malas berkumpul dengan keluarga karena merasa kasihan dengan anak saya.

    terimakasih mbak..
    Last edited by mysecretadmire; Feb 10, 2014 at 02:29 PM. Reason: topic changes

  15. #75
    Silver
    Join Date
    Jun 27, 2012
    Posts
    6
    Mentioned
    0 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Hi Mbak Irma,
    anakku laki" (7th), bagaimana untuk mengajari supaya tidak gampang menyerah /mau berusaha dan gampang banget nangis (contohnya kalau diminta untuk mencari sesuatu "pasti" langusng dijawab ga ada terus nangis (apa ini akibat sewaktu kecil suka dimanja dan apa yang diminta selalu tersedia untuk dia ?) usaha yag saya lakukan mendaftarkan dirinya untuk ikut taekwondo semoga ada perubahan tapi ternyata masih sama, mohon pencerahannya Mbak, makasih

Page 5 of 11 FirstFirst ... 3 4 5 6 7 ... LastLast