ChitChat Q&A dengan Psikolog - Page 2
Page 2 of 11 FirstFirst 1 2 3 4 ... LastLast
Results 16 to 30 of 152
  1. #16

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Post Re: Q&A dengan Psikolog

    jLoved
    Dear, salam kenal juga ya. Membaca cerita anda, saya ikut prihatin ya dengan kondisi saat ini. Namun, saya yakin kok Anda pasti bisa melewati situasi ini. Saya banyak juga menemui kasus seperti ini diruang praktek. Perasaan sedih yang mendalam, karena peristiwa yang kurang menyenangkan dimasa lalu seperti kematian, perceraian, perpisahan dan lain sebagainya. Seringkai hal-hal tersebut menjadi trauma, yang membuat seseorang kurang produktif baik dalam pekerjaan ataupun dalam hubungan rumah tangga, sehingga kurang harmonis dan penuh dengan konflik yang tidak terselesaikan.
    Ada beberapa hal yang sebenarnya harus anda renungkan,
    1. Cobalah untuk Ikhlas dan bersabar. Ikhlas artinya anda benar-benar merelakan kepergian dari anak anda yang tercinta.Ikhlas juga membuat anda nyaman secara psikologis, karena selama ini masih banyak hal yang mengganjal dan menyumbat pikiran anda, sehingga energy anda menjadi negatif. Hal itu secara tidak langsung mempengaruhi bagaimana pasangan anda berperilaku.
    2. Lepaskani beban dar perasaan bersalah, karena ini yang membuat anda tidak bergerak kemana-kemana. Tetap meratapi kondisi, menyesal yang gak akan habisnya. Yakinlah ini sebuah takdir dan jalan hidup dari Tuhan, dimana anda sedang diuji kesabaran dan ketaatannya dalam beribadah. Jika anda terus berkutat pada masalah yang sama, anda gak akan memiliki energy untuk mengasuh anak anda yang saat ini bersama anda. Hargai kehadirannnya, karena ia butuh energy positif dari kedua orangtuanya.
    3. Komunikasi efektif dengan pasangan anda. Carilah moment dan waktu berdua, dimana anda bisa dan boleh mengungkapkan kesedihan dan pengharapan anda untuk kembali membangun rumah tangga yang bahagia. Dengan sikap suami yang kaku, bisa jadi ia sedang menunggu anda untuk mulai membicarakan situasi ini.
    4. Meminta Maaf. Terkadang agak sulit untuk meminta maaf untuk sesuatu yang tidak kita perbuat, atau seringkali kita merasa berat mengakui telah melakukan kesalahan. Meminta maaf, secara psikologis membuat anda terbebas dari tekanan atau stress. Jika suami masih belum mau dan belum bisa memaafkan, jangan menyerah dan jangan gengsi untuk terus mencoba. Dengan demikian, ia pun akan melakukan hal yang sama.
    5. Bila anda rasa perlu, carilah keluarga terdekat atau teman yang bisa anda percaya untuk menjadi mediator dari konflik yang saat ini sedang anda rasakan. Jika tidak ada, lakukan konseling bersama suami dengan profesional untuk membantu sehingga dari pertemuan-pertemuan konseling yang dilakukan, akan memberikan manfaat psikologis.
    Demikian ya mba, semoga bisa memberikan pencerahan. Hidden Content
    Last edited by sugarenspice; Oct 25, 2013 at 07:38 AM.

  2. #17
    Elite Citizen jLoved's Avatar
    Join Date
    Jul 24, 2012
    Location
    Jakarta-Tangerang
    Posts
    4,297
    Mentioned
    63 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Mba Irma
    I'll try. Sepertinya memang gw yg blm stabil secara psikologi. Semalam gw kontrol ke obgyn sesuai jadwal, dr pembicaraan semalam walo beliau bukan psikolog, tapi dia langsung bilang kalo gw ini kena silent depression, depan suami jg bilangnya. Dia minta kalo masih berlanjut, gw emang perlu dibawa ke psikolog utk konseling dan pemulihan. Mulai minggu depan, gw masuk kerja lg, semoga dgn rutinitas yg kembali normal, semua jg akan kembali normal dlm diri gw. Makasih Mba Irma

  3. #18

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    adiesty

    Hai mba Adiesty...wah lagi seru serunya Bumi diusia ini ya mba. Mba Adiesty mungkin udah mengerti banget ya bahwa yang namanya anak usia balita, pasti melewati masa eksplorasi. Dunianya memang dunia bermain, apapun akan jadi bahan mainan. Nah usia ini juga, berimajinasi atau berkhayal menjadi sarana main yang paling seru buat mereka. Karena namanya berkhayal itu tanpa batas, luas, tidak ada aturan baku sehingga seringkali membuat orangtua kaget dengan kepandaiannya berkhayal.
    Memang gak bisa diabaikan juga kalau ternyata isi dari khayalan anak itu mengandung unsur agresivitas, misalnya si anak berkhayal jadi superhero dan tiba-tiba mempraktikan cara-cara berkelahi layaknya superhero. Atau bahkan kata-kata yang diucapkan cenderung kasar dan "agak mengerikan " misalnya "aku potong aja deh", "aku tendang". Nah kadang kala informasi mengenai hal-hal tersebut seringkali juga gak bisa diduga orangtua darimana datangnya. Bisa saja dari apa yang dilihat, didengar atau dirasakan anak itu sendiri entah dari orangtuanya, pengasuh, melihat orang lain, atau melihat di tayangan televisi. Apalagi usia batita adalah usia mau coba-coba, menguji dirinya dan menguji lingkungannya.

    Kalau saat ini isi imajinasi Bumi mengandung hal-hal agresif, apa yang sudah dilakukan mba Adiesty sudah benar. Karena anak butuh dikoreksi, bahkan overcorrection, berulang-ulang diberitahu sampai anak paham kalau apa yang dilakukannnya tidak benar atau kurang baik. Selain itu, ada baiknya mba Adiesty juga memberikan kegiatan kreativitas sehingga daya imajinasinya terarah dan menjadi sesuatu yang produktif. Anak kita kondisikan untuk "melupakan" hal-hal yang negatif dan dialihkan pada aktivitas imajinasi lain yang lebih positif misalnya clay, keramik, atau playdouh. Bisa juga diarahkan dengan aktivitas fisik berolahraga seperti bersepeda, jalan kaki, main ayunan dan lain-lain sehingga kita bisa mengembangkan perilaku yang lebih terarah dan positif untuk menyeimbangkan daya imajinasinya. Selamat membimbing Bumi ya mba Hidden Content

    jLoved
    Keep trying ya mba..semoga suami juga mengerti dan memahami kondisi sekarang. Karena support terbesar adalah dari suami dan keluarga dekat lainnya. Jangan sungkan kalau butuh bantuan...Hidden Content
    Last edited by sugarenspice; Oct 25, 2013 at 07:37 AM.

  4. #19

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Hi mba irma,saya msi newbie di forum ini.happy sekali bs berkesempatan Q&A secara lngs. Putra pertama saya memasuki 9 bulan. Sebagai ortu saya ingin menerapkan disiplin sejak dini,seperti jadwal tidur dan makan teratur. Semenjak memasuki mpasi,saya rutin mendudukan anak di bangku makan. Beberapa bulan ini,anak saya tidak mau didudukan.meronta minta gendong.weekday anakku mkn dgn mba atau sus dirumah,terkadang mereka membiasakan mengendong anak sambil makan. Hal ini jelas membuat anak memilih makan sambil digondong dan jalan jalan. Beberapa minggu ini saya minta sus dan mba yang menjaga anak saya untuk disiplin didudukan di high chair,namun anaknya sulit untuk didudukan ketika makan. Yang membuat saya bingung,justru ketika bukan sedang akan diberi makan,anaknya malah bisa duduk manis kurang lebih setengah jam. Yang jadi pertanyaan saya,apakah anak saya trauma dengan kegiatan makannya? Apa karena hanya manja? Atau memang benar kalau pola anak akan berubah ubah setiap bulannya? Haruskah saya khawatir dengan pola cara makan yang harus digendong seperti itu? Apakah seiring waktu,anak bisa duduk manis dengan sendirinya ketika makan? Mohon masukannya mba irma.

  5. #20

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Post Re: Q&A dengan Psikolog

    nenglita

    Hai mba Lita..pastinya Langit anak yang pinter mba Hidden Content karena perilakunya itu menunjukkan kemampuan yang terkait dengan keterampilan sosial berkembang dengan sangat baik, apalagi jika ditunjang dengan kemampuan berbahasa yang berkembang pesat, pastinya akan membuat Langit makin advance untuk berinteraksi.
    Umumnya anak yang lebih memilih bermain atau "ngobrol" dengan orang lebih tua darinya juga memiliki latar belakang intelektual dan kreativitas yang baik, sehingga ia merasa "lebih nyambung" dan diterima oleh orang yang lebih tua dibandingkan teman sebayanya. Cara pikirnya mungkin sedikit lebih maju dibandingkan dengan anak seusianya.
    Yang mba Lita lakukan memang sudah tepat, memberikan Langit informasi mengenai cara bersosialisasi atau berkenalan dengna orang yang baru. Langit perlu diinformasikan mengenai batasan "akrab" dengan orang yang baru dikenalnya. Misalnya selama dalam lingkungan sekolah (dalam pagar sekolah), Langit diberikan akses untuk bergaul dengan orang-orang yang ada dalam lingkungan sekolah. Namun demikian, tetap ingatkan ia untuk waspada misalnya jika ada yang mengajak untuk pulang bersama, Langit harus menolak dan melaporkan pada guru disekolah. Ajari Langit juga untuk tidak menerima pemberian apapun dari orang yang tidak ia kenal, untuk hal ini Mba bisa melakukan evaluasi mengenai siapa saja orang-orang dewasa yang ia kenal. Dekatkan diri dengan para orang dewasa yang ia kenal, misalnya orang tua temannya atau mungkin pengasuh temannya yang ikut menunggu disekolah. Minimal anda menjadi kenal dengan siapa saja ia berkomunikasi. Yang terakhir, selalu berikan kesempatan atau akses bersosialisasi dengan teman sebaya yang lebih luas sehingga Langit tetap berkembang sesuai dengan tahapan usianya.
    Demikian mba Lita, semoga bisa membantu ya..Hidden Content
    Last edited by sugarenspice; Oct 25, 2013 at 07:37 AM.

  6. #21

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Post Re: Q&A dengan Psikolog

    kueputu

    Haiii..sebenarnya posesif itu tanda sayang atau cinta terhadap seseorang. Namun akan menjadi sesuatu yang buruk jika pada akhirnya membuat hubungan suami istri menjadi kurang harmonis. Perasaan kuatir atau takut kehilangan perhatian suami. seringkali membuat seseorang menjadi membatasi atau bahkan mengekang aktivitas pasangannya. Nah sebenarnya ketika anda memutuskan menikah dengan suami, pastinya sudah mengetahui karakternya kan yah? sikap yang tampak "flamboyan" atau terlalu beramah tamah dengan teman-temannya menjadi bonus tambahan dari karakter suami, yang anda sendiri sudah memahami sejak awal.
    Jika saat ini, anda mendapati ada wanita lain yang memperhatikan suami anda, pastinya ada kontribusi kita sebagai istri yang membuat hal tersebut sampai terjadi. Misalnya karena perilaku posesif kita terhadap suami, membuatnya jadi jengah atau kesal sehingga ketika ada kesempatan, bisa saja membuat suami terjebak dalam hubungan pertemanan yang lebih mendalam dengan orang lain.
    Hal tersebut masih sangat mungkin untuk dikoreksi dengan beberapa cara :
    1. Komunikasi yang efekti ya mba, Karena seringkali kita merasa sudah menyampaikan sesuatu, namun ternyata suami kurang paham dan kurang mengerti maksud dari pembicaraan kita yang cukup emosional. Misalnya mengenai sikapnya yang terlalu ramah terhadap teman-teman wanita, ungkapkan kepadanya mengenai rasa kurang nyaman anda. Tentunya jangan sampai membuatnya tersinggung atau terpojok.
    2. Perbanyak kualitas waktu bersama. Untuk itu, membuat kesepakatan bersama mengenai waktu berkualitas perlu dibicarakan. Misalnya menonton atau sekedar makan malam dilur setiap akhir pekan.
    3. Berikan kepercayaan pada suami. Seringkali rasa posesif terhadap suami muncul karena kurangnya rasa percaya. Nah jika hubungan suami istri tanpa ada rasa percaya, sudah dapat dipastikan hubungan menjadi tidak harmonis.
    4. Berusaha untuk mengenal teman-temannya atau sebaliknya kenalkan ia dengan teman-teman anda. Dengan saling mengenal lingkungan pertemanan masing-masing, akan membuat hubungan menjadi lebih nyaman.
    nah demikian ya mba, semoga bisa memberikan insight...Hidden Content
    Last edited by sugarenspice; Oct 25, 2013 at 07:36 AM.

  7. #22
    Citizen
    Join Date
    Jan 24, 2008
    Location
    jakarta
    Posts
    1,150
    Mentioned
    130 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Dear Mba Irma

    Saya mau menanyakan tentang sex education.
    Anak saya laki-laki, umur 7.5 tahun, kelas 2 SD.

    Waktu dia masih kecil sekitar umur 4-5 tahun saya sering membacakan Ensiklopedia Tubuh Manusia, kebetulan saat itu saya sedang hamil anak ke-2 dan buku tersebut menceritakan tumbuh kembang dari janin hingga dewasa. Gambarnya menarik seperti kartun menjadikan bacaan menjadi semakin menarik.

    Nah, kemarin kami mencari buku untuk bacaan sebelum tidur, saya biasa membacakan buku walaupun dia sudah bisa membaca sendiri. Buku yang dipilih si adik (sekarang usianya 2.5 tahun) adalah buku Ensiklopedia itu.

    Agak kaget juga ketika membacanya lagi, di sana dijelaskan secara gamblang bagaimana seorang perempuan bisa hamil, yaitu "ayah memasukkan alat kelamin ke dalam ibu" dsb. Tentunya saya skip bacaan itu, tapi anak saya sudah membacanya duluan dan mulai deh bertanya bingung. Saya tidak siap menjawabnya, saya skip langsung ke perkembangan janin dalam kandungan.

    Di bagian lain, dijelaskan dengan gamblang (gambarnya kartun) anatomi tubuh manusia dan perbedaan antara laki vs. perempuan. Dan kemarin, anak saya yang besar merasa malu melihat gambar anatomi perempuan.

    Pertanyaan saya:
    - bagaimana sebaiknya saya bersikap ketika anak saya menunjukkan rasa malu (menutup muka) ketika melihat gambar kartun anatomi perempuan
    - bagaimana saya menjelaskan isi buku yang sangat gamblang seperti itu?
    - apakah buku tersebut pantas dibaca oleh anak-anak usia 7-8 tahun?

    Terima kasih.

  8. #23
    Newcomer
    Join Date
    Jan 15, 2012
    Posts
    29
    Mentioned
    0 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    duh mba irma,makasih byk ya masukannya. iya betul,pasti sy ikut berkontribusi shg hal tsb bs tjd.. sukses terus y mba irma.. hugs Hidden Content

  9. #24
    Permanent Resident
    Join Date
    Jun 6, 2010
    Posts
    743
    Mentioned
    7 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    salam kenal mba irma, saya mau tanya nih. anak saya umur 4 th (perempuan) suka mengarang cerita tentang temannya di sekolah. Saya tahu ada beberapa cerita yg bener2 karangan dia semata, seperti mengatakan temannya yg org india itu bau, tidak mau mandi, makannya suka diambil sama burung hantu, lalu ada lagi dimana dia menceritakan temannya mencubit dia. tapi bila saya tanya temannya yg mana, sebentar bisa bilang si A, sebentar bilang si B. saya jadi khawatir apakah ini tanda2 dia berbohong dengan mengarang cerita yg saya tahu tidak benar. dengan kebiasaan ini saya jadi suka ragu dengan cerita2nya dan makin sulit membedakan apakah cerita yg dia ceritakan benar atau tidak. tentu saya tidak mau anak saya di cap sebagai "tukang ngarang cerita yg tidak2" di sekolah. apalagi bila sampai terdengar oleh ibu dari anak yg bersangkutan (dia jadiakan bahan cerita) kan saya tidak enak sama ibunya.

    satu lagi, anak saya kalau buat PR kalau ditungguin suka pura2 ga bisa. saya sampai kesal kalau nungguin dia buat PR karena penuh dengan segala drama sampai saya suka kehabisan kesabaran dengan segala tingkah dramatisnya. Kalau saya suara saya sudah naik, baru dia mengerjakan PR-nya dengan benar. Misalnya dalam berhitung, 10 ... 12. dia tahu angka diantara 10 dan 12 adalah 11, tapi selalu dengan dramatis bilang 13, 14, 15 sampai saya harus bilang jangan tebak2an, jawab yg benar berapa, baru dia bilang 11. Ini terbukti karena saya sempat tinggal keluar kota selama sebulan dan dia bisa mengerjakan PRnya tanpa bantuan dan benar semua. Tapi kenapa bila ada saya atau suami saya yg nungguin dia bikin PR selalu adaaa aja tingkah yg dramatis dengan pura2 tidak bisa sampai bikin kami kesal sekali.

    Anak saya ini adalah cucu pertama dari pihak keluarga saya dan cucu perempuan satu2nya dari pihak suami. Tentunya kakek dan nenek dari kedua pihak amat sangat membanjiri dia dengan perhatian. Apakah tingkah dramatisnya adalah cara dia mencari perhatian lebih dari saya dan suami? kebiasaannya yg mengarang cerita tentang teman2nya apakah indikasi dia mulai belajar berbohong? kebiasaannya yg suka mengarang cerita jadi membuat saya sering meragukan kebenaran dari semua cerita2nya. saya dan suami sudah berulang kali mengajarkan bahwa dia tidak boleh buat cerita yg tidak benar, tapi sepertinya anak saya gak ngerti2. Bagaimana cara mengatasi dua kebiasaan ini?

    Terima kasih mba Irma.

  10. #25

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    makasih mba irma atas pencerahannya sangat membantu mba..... makasih ya....

  11. #26

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Post Re: Q&A dengan Psikolog

    Joejoeliana

    Hai mba Juliana, apa yang mba lakukan sebenarnya sudah tepat, yaitu membuat daily routines untuk kegiatan anak. Hal itu memang menjadi salah satu fondasi yang dibutuhkan bagi anak untuk mengembangkan kedisiplinan. Dalam mengasah disiplin, yang paling penting adalah konsistensi menerapkan kegiatan atau aturan pada anak sehingga lama kelamaan akan menjadi habit yang positif. Pada kasus makan, menempatkan anak duduk di kursi makan adalah salah satu cara yang tepat, apalagi jika anak tidak dibiasakan makan sambil menonton maka kegiatan makan akan memberikan efek yang lebih positif. Untuk menerapkan disiplin makan, harus ada kerja sama antara orangtua dan pengasuh sehingga anak menjadi tidak bingung dalam mengikuti tuntutan. Jika anak menjadi kesal marah rewel atau uring-uringan saat kegiatan makan, bisa dikarenakan beberapa hal misalnya kurang variasi makanan sehingga anak menjadi bosan, akan tumbuh gigi sehingga pada saat kegiatan makan ia malas mengunyah atau menjadi rewel karena gusinya terasa tidak nyaman, makan kurang menyenangkan karena tidak ada "komunikasi" antara anak dengan pengasuh atau bisa jadi ia merasa makan karena terpaksa atau dipaksa sehingga memorynya merekam bahwa makan adalah hal yang tidak menyenangkan. Nah untuk mba bisa melakukan beberapa hal, mencoba membuat makanan yang lebih variatif dengan alat makan yang menarik/berwarna warni atau dengan karakter tertentu. Pastikan anak nyaman, misalnya diapers tidak lembab, tidak dalam keadaan yang lelah atau sedang mengantuk. Lakukan komunikasi dengan anak saat waktu makan akan tiba sehingga anak merasa senang dan nyaman. Memberikan beberapa alternatif mainan berupa alat-alat makanan yang menarik sehingga ia dapat bermain dengan benda-benda tersebut serta belajar untuk menggunakan alat makan. Terakhir jangan terburu-buru pada saat kegiatan makan, mungkin ia membutuhkan waktu lebih lama, karena jika ia merasa diburu-buru maka anak merasa tidak nyaman. Hindari juga untuk membawanya berjalan-jalan sambil makan, karena akan membentuk pola makan yang tidak sehat. Selamat mencoba ya mba..Hidden Content Hidden Content
    Last edited by sugarenspice; Oct 25, 2013 at 07:36 AM.

  12. #27

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Post Re: Q&A dengan Psikolog

    slingbag

    Hai mom, kalau membicarakan pendidikan seks memang harus sejak dini dikenalkan, supaya anak tidak bingung dan akhirnya mencari-cari tau dari sumber yang salah. Cara mengenalkannya juga sesuai dengan tahapan perkembangan mentalnya, dan semuanya bermula dari diri sendiri seperti menamai alat kelamin sesuai dengan nama biologis yang sebenarnya yaitu ***** untuk anak laki-laki serta vagina dan payudara untuk anak perempuan.

    Setelah itu, anak dikenalkan juga pada kebersihan area pribadinya seperti membersihkan sampai bersih supaya tidak ada kuman. Kemudian sampai tahapan menginformasikan area tubuh pribadi tersebut adalah milik pribadi atau kepunyaannya sendiri sehingga harus ditutupi dengan baik dan tidak ada orang lain yang berhak menyentuh selain dirinya sendiri. Kecuali jika ia sakit, maka harus ditangani oleh orangtua atau dokter.
    nah, untuk kasus yang diceritakan diatas sebenarnya ada sisi positif yang telah mba ajarkan karena memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan anaknya, misalnya saat si adik ada dalam kandungan.

    Jika sekarang ia bereaksi malu menutup muka, sebenarnya hal yang wajar karena berarti ia sudah paham bahwa bagian tubuh adalah bagian yang pribadi tidak boleh diperlihatkan oleh orang lain. Bisa saja ia malu karena hal itu menunjukkan tampilan visual tubuhnya sendiri dengan area pribadinya atau malu karena melihat area pribadi wanita. Untuk itu, mba harus bertanya lebih mendalam seperti "kenapa kakak malu" biarkan ia menceritakan pendapatnya. Reaksi kita sebagai orangtua juga tidak perlu menjadi kaget atau panik. kemudian.

    Tidak perlu menjelaskan isi buku tersebut secara mendetail karena beberapa hal juga belum ia pahami, karena keterbatasan logika berpikirnya. Jelaskan saja padanya dengan kalimat sederhana mislanya yang kakak lihat dibuku ensiklopedia itu adalah anatomi tubuh manusia, ada bagian namanya panca indra dan ada juga bagian reproduksi. Kemudian carilah perumpaan dengan kehidupan hewan seperti mamalia atau bisa juga kepompong sehingga ia memahami siklus daur kehidupan makhluk hidup. Coba gali apa yang ada dipikirannya, misalnya "kakak, kemarena kakak lihat buku ensiklopedia manusia ya? menurut kakak gimana isinya? diskusi yuk" dengan demikian anak tidak merasa takut untuk mengekspresikan apa yang ada dipikirannya. Kemudian, mba bisa mngetakan padanya nanti kalau kakak sudah lebih besar kakak juga akan belajar lebih banyak soal tubuh manusia disekolah, nah kakak bisa tanya lebih banyak sama guru
    Sebetulnya untuk anak usia 7-8 tahun masih belum layak untuk mendapatkan penjelasan melalui visualisasi gambar yang sangat jelas dan gamblang soal reproduksi seksual seperti yang mba ceritakan diatas. Apalagi setiap anak memiliki perkembangan mental dan kognitif yang berbeda-beda sehingga ketika anak bersikap kritis menyikapi banyaknya informasi yang ia terima terkait soal reproduksi seks, maka orangtua semakin kesulitan untuk menjawab . Untuk itu memang kita sebagai orangtua harus sangat berhati-hati dalam memberikan informasi mengenai pendidikan seks, karena salah dalam memberikan stimulasi akan membuat anak salah pengertian. Sebaiknya mulai kembali dengan buku buku ensiklopedia yang memang dikhususkan untuk anak-anak, yang memang dirancang sesuai dengan tahapan perkembangan mentalnya.
    demikian ya mba semoga memberikan insight...Hidden Content
    Last edited by sugarenspice; Oct 25, 2013 at 07:36 AM.

  13. #28

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Post Re: Q&A dengan Psikolog

    bellezee

    Hiii mba..lagi seru banget nih usia pra sekolah. Secara perkembangan, anak usia 4-5 tahun senang akan cerita yang imajinatif. Mengapa demikian? menurut penelitian di usia 4 tahun itulah masa paling kritisnya golden age, dimana anak banyak melakukan eksplorasi. Di usia itu anak juga sedang mengembangkan kemampuan berbahasa yang lebih advance dibandingkan usia sebelumnya. Selain itu, anak usia pra sekolah 4 tahun juga masih megembangkan kemampuan egosentrisnya, jadi semua hanya dipikirin sesuai dengan apa yang ia pikirin aja. Kemampuan daya hayalnya juga sedang berkembang, sehingga cenderung senang bermain imajinatif atau make up story. Memang dibutuhkan kepekaan dan kejelian orangtua untuk bisa memilah mana yang kenyataan dan mana yang imajinasinya. Ketika mengetahui bahwa hal itu adanya cerita yang dibuat-buat, jangan salahkan anak tetapi coba kita arahkan ia pada hal-hal yang realistis tentunya hal sederhana yang ada kaitannya dengan peristiwa sehari-hari yang ia alami. Berimajinasi itu ada proses berpikir kreatif, sehingga menmang perlu diarahkan pada kegiatan yang kreatif agar lebih terarah. Berimajinasi berbeda dengan berbohong, karena berbohong berarti anak menutupi kesalahan, karena ia takut akan figur otoritas. Berbohong juga sebagai suatu cara sistem pertahanan diri yang alami. kalau dari apa yang mba ceritakan, putri anda hanya sepertinya hanya terbatas mengembangkan kreativitas berpikirnya saja, sehingga perlu pengarahan.
    Nah hal itu sejalan pula dengan perilaku "drama"nya, ia membesar-besarkan sesuatu atau memanipulasi situasi dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian lebih (seeking attention atau think out). Biasanya jika sekali anak diberikan perhatian sangat berlebihan dari lingkungan, maka kecenderungan menunjukkan perilaku yang sama akan semakin menguat.

    Umumnya yang dapat dilakukan orangtua adalah mengabaikan munculnya perilaku "drama"nya tersebut. Dengan demikian, anak akan belajar untuk tidak mendramatisir keadaan, karena tidak ada penguatan dari perilakunya tersebut. Selain itu sesering mungkin agar ia dapat dikenalkan dengan berbagai situasi, sehingga anak akan belajar mandiri dan meyesuaikan diri dengan serangkaian konflik yang ada di situasi yang berbeda (misalnya bermain ke rumah teman, rumah sepupu, berkenalan dengan teman baru diplay ground dll). Yang perlu pula dilakukan adalah konsistensi dalam penerapan pola pengasuhan, misalnya dengan mengadopt gaya mengasuh yang demokratis, memberikan kebebasan namun ada batasan jadi anak respek pada orangtua tetapi juga berkembang dengan bahagia.

    Masalah mengerjakan PR, sebenarnya anak usia 4 tahun belum layak untuk mendapatkan PR sehingga seringkali menyebabkan ia tidak mood atau belajar seadanya. Hal itu dikarenakan secara perkembangan mental anak belum siap untuk dibebankan PR. Selain itu untuk anak usia 4 tahun, memang masih pada taraf mengenal huruf/angka dan bermain, jadi jika ia tampak tidak serius ketika belajar dikarenakan memang konsentrasinya masih terbatas dan keinginannya bermain juga masih lebih besar. Jika ada pemaksaan, dikuatirkan akan terjadi trauma belajar di jenjang sekolah yang lebih tinggi lagi (mental hectic). Untuk itu, perlu diatur kesepakatan dengan putrinya, mengenai daily routine, sehingga lebih terarah dan ia memahami mana saat bermain bebas mana saat ia mengembangkan koginitifnya dengan kegiatan pencil dan paper. J

    Demikian ya mba semoga mendapat pencerahan...Hidden Content
    Last edited by sugarenspice; Oct 25, 2013 at 07:36 AM.

  14. #29

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Salam kenal. Saya mempunya anak 1,5 tahun namanya neta. Neta suka ketemu teman seumurnya dan mau mendekat kalo digereja. Dikomplek rumah saya tidak ada anak seumur neta. Saya ingin masukkan kelas toddler jam 8 - 10.30. MasaLahnya neta jam tidur paginya 9-12. Saya rasa nanti neta akan rewel krn ngantuk dan tidak bisa berinteraksi dengan temannya. Apa yang harus saya lakukan? Agar neta tetap bisa ikut kelas toddler. Apakah secara emosional akan berdampak negatif jika neta tetap dimasukkan kelas toddler td dan secara perlahan2 menggeser jam tidurnya? Terimakasih

  15. #30
    Immigrant
    Join Date
    Feb 22, 2013
    Posts
    121
    Mentioned
    26 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default

    Haii mba irma,salam kenal..
    Saya mau tnya dong mba,bagaimana mnurut mba cara paling efektif untuk berkomunikasi dengan anak remaja cowo (1 Sma usia 14thn) yang sudah terlanjur keasikan bergaul dengan teman2nya sehingga suka pulang malam,kdg sampai menginap dan tidak jelas kegiatannya apa..mslhnya anak sy ini adalah anak tiri mba,jd sy tdk mau d anggap ibu yg terlalu cerewet..di tmbh lagi anaknya memang pendiam,jadi agak susahh d ajak ngobrolnya..klo di tnya cm jwb iya atau engga ajah,kdg cm pake anggukan atau gelengan kepala saja,,pdhl pertanyaan sdh sy bikin bukan jwbn iya/tidak tp tetap saja aga susah mba bikin dy bercerita..yang saya khawatirkan pergaulan dg teman2nya itu yg sepertinya di rahasiakan oleh dy,pdhl dulu wktu kls 6 sd(pertama kali sy jd ibu tirinya)s/d 2smp,walopun pendiam tp dy msh nurut dan suka bercerita kpd saya,tp semenjak semakin remaja naik kls3,ada saja ulahnya yang bikin kita selaku ortu bingung,,apa krn dy salah pergaulan ya mba,tp skrg sudah terlanjur susah untuk memisahkan dy dengan teman2nya,sma juga sdh dbuat terpisah ttp saja dy suka kumpul,plg malem kdg mgninap drmh temannya tanpa kbr berita..dan sekarang dy mogok sekolah(sma negeri)hanya krn males katanya jauh,dan bnyk pr..jd skrg sedang tdk sekolah dan untungnya stelah bertemu dg gurunya,pihak sekolah mau mbntu surat pindah ke sekolah lain apabila dibutuhkan.mslhnya anakku ini ga mau sekolah mba,jd semakin mnjadi setiap hari dy bebas kmana saaja,kumpul2 dg teman2nya,,sy jd sedih mba,bgmana mnurut mba irma?untuk sekedar informasi,ibu kandungnya msh ada dan sdh menikah juga..semenjak orgtuanya berpisah,anak2nya(2 cowo)tinggal dg saya dan papanya.mohon sarannya mba.terimakasih

Page 2 of 11 FirstFirst 1 2 3 4 ... LastLast