ChitChat Q&A dengan Psikolog
Page 1 of 11 1 2 3 ... LastLast
Results 1 to 15 of 152
  1. #1
    Permanent Resident sarsky's Avatar
    Join Date
    Feb 11, 2008
    Location
    Jakarta
    Posts
    860
    Mentioned
    66 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Q&A dengan Psikolog

    Halo!

    Buat mommies yang mau konsultasi mengenai anak dan keluarga, sekarang dapat bertanya pada pakarnya, karena ada psikolog keluarga dan anak di forum ini, irmagustiana.

    Sekilas mengenai psikolog kita dapat dilihat di bawah:
    Irma Gustiana A,MPsi, Psi adalah psikolog anak dan keluarga. Saat ini praktek di Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia dan Klinik Rumah Hati, dan juga school counselor di beberapa sekolah TK-SD-SMP. Selain itu mbak Irma juga adalah dosen di STIE Trisakti dan pengasuh Rubrik Psikologi Tabloid Wanita Indonesia.

    Setiap minggu, mbak Irma akan menjawab pertanyaan-pertanyaan di thread ini. Jadi kalau ada pertanyaan atau yang mau konsultasi dapat bertanya di thread ini ya.

  2. #2

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Halo mommies! Kenalkan saya Irma..Ibu 2 anak (9 tahun dan 6 tahun) dan juga Psikolog Anak. Thanks to Mba Sarah yang sudah memperkenalkan saya dengan komunitas online para mommies yang super keren ini. Buat mommies yang mau sharing atau bertanya soal anak dan keluarga, silahkan ya. Tiap minggu (Selasa/Rabu) saya akan coba bantu untuk menjawab. Mudah-mudahan bisa saling mengisi dan memberikan manfaat..Sincerely Hidden Content

  3. #3

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    wa.. keren, makasih ya FD...

    welkom mb irma..
    (saya juga baru daftar padahal :D)

    jadi mikir mau nanya apa ya..
    karena belum nemu masalah pribadi, jadi nanya prinsip mb Irma aja.

    dalam mengasuh anak, apa prinsip yg mb Irma sangat wanti-wanti ke diri mb Irma sendiri ?
    misal, klo saya krn ga sabaran, jd pengennya mewanti-wanti diri agar lembut dan tidak marah.
    ingin membaca share dr mb Irma yg sudah punya dasar ilmu psikologi :)


    mksh ya,

    No need to quote recent post -mod-
    Last edited by sugarenspice; Oct 1, 2013 at 07:18 AM.

  4. #4

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Hai mom @femalemommy...Sebenarnya prinsip dalam pengasuhan itu sampai kapanpun ada 3 hal, asah asih asuh dan perlu konsistensi menjalankannya. Keliatannya standar yah,,tapi memang begitu prinsip yang tepat. Saya berusaha menerapkan ketiga prinsip itu dalam pengasuhan ke anak-anak walaupun gak gampang lho mom, harus ektra tenaga waktu dan pikiran. Kadang juga ada gak sabarannya. Tetapi balik lagi, kita kan sebagai orangtua lagi berjuang membuat anak-anak kita tumbuh dan berkembang supaya nantinya mereka jadi orang dewasa yang sehat mentalnya... pasti banyak hal yang harus diperjuangkan ya.
    Yang pertama saya usahakan adalah prinsip meng-Asah, artinya orangtua harus cermat dalam memberikan stimulasi yang merangsang perkembangan mereka. Disini selain memberikan stimulasi yang terkait dengan perkembangan otak anak (intelektual), anak juga harus diasah dari sisi sosial emosinya (misalkan kasih aturan yang konsisten, disiplin sejak dini dan pengembangan kemandiriannya).
    Yang kedua, prinsip Asuh artinya ngasih nutrisi yang tepat ke anak supaya pertumbuhan fisiknya sesuai dengan usianya. Ya misalnya aja minimalisir makanan berpengawet atau jajan yang sembarangan. Ini sih salah satu cara ngajarin anak juga soal habit makan yang bener. contoh keseharian yang saya ajarin misalnya makanan fastfood atau instan, saya berusaha konsisten aja untuk meminimalisir makanan tersebut. Hanya disepakati 2 minggu sekali aja mereka boleh makan, itupun harus dengan persetujuan. Secara gak langsung itu juga ngajarin soal disiplin, sabar dan kepatuhan.
    Terakhir, prinsip Asih..ini juga paling penting, Mengasihi dan mencintai anak-anak, memberikan perhatian ke mereka, berusaha banget untuk punya kualitas waktu bersama. Memberikan perhatian sesuai dengan kebutuhannya, gak terlalu memanjakan tapi gak juga mengabaikan keperluan psikologis mereka. Apalagi dengan suami saya yang seringkali travelling, bener-bener harus bikin kesepakatan soal kualitas waktu bersama supaya kebutuhan psikologis semua anggota keluarga bisa terpenuhi.
    naaah itu dulu ya mom yang bisa dishare soal prinsip pengasuhan yang saya coba terapkan ke anak-anak saya...Hidden Content )

  5. #5
    Resident Kurnia's Avatar
    Join Date
    Feb 15, 2012
    Location
    0761-0298
    Posts
    363
    Mentioned
    50 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Hai mba Irma, sy ingin curhat
    Sy punya keponakan umur nya 5 taon , laki2 n anak tunggal.
    Saat ini dia sedang mogok sekolah, tidak mau sama sekali ke sekolah, ibunya ada rencana utk memindahkan sekolah, tp sy tidak yakin dia akan mau ke sekolah ( saat ini dia di tk B).
    Saat ini sudah hampir 3 minggu dia ikut sy yg berbeda kota dg ortu nya, krn merasa lebih nyaman dg sy.
    Sy bingung harus bersikap bgm ke keponakan sy?, krn sy lihat komunikasi dia dg ibu nya kurang baik, dlm arti sering sy lihat dia menangis, ato berbicara dlm nada tinggi (ibu nya jg sering nampak tdk sabar)
    Apa yg harus sy perbuat ya mba Irma?
    Terimakasih yg sebesar besar nya.
    Fyi sy sendiri punya anak 3 org laki smua, dg umur yg jauh lebih besar dr ponakan sy. Tks
    Ortu nya sering perang mulut di depan anak itu, sering sekali, bahkan utk hal2 yg sepele, mis, memilih rute jalan pun , ribut dulu.
    Last edited by Kurnia; Oct 2, 2013 at 06:56 AM.

  6. #6

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Unhappy Re: Q&A dengan Psikolog

    Kurnia

    Hai mba Kurnia Hidden Content Ada beberapa hal yang biasanya menjadi pemicu anak mogok sekolah. Antara lain tuntutan sekolah yang terlalu tinggi dibandingkan dengan kemampuan anak, sehingga anak merasa "kewalahan" dan pada akibatnya mejadi stress untuk mengikuti setiap kegiatan belajar sekolah. Faktor kedua, mengalami persitiwa Bullying atau intimidasi di sekolah, misalkan pernah diejek, didorong, dimusuhi oleh teman atau bahkan takut dengan guru. Faktor lain adalah masalah emosional anak, yang biasanya karena kurangnya attachment/kelekatan antara Orangtua dengan anak, sehingga anak gak percaya dengan apa yang dikatakan orang tua. Selain itu bisa juga karena orangtua kurang mengajarkan kemandirian pada anak karena terlalu memanjakan anak sehingga anak selalu cemas ketika bersekolah.
    Nah kalau dari cerita mba Kurnia, kemungkinan besar penyebabnya adalah masalah emosional yang diakibatkan hubungan keponakan dengan mamanya yang kurang hangat . Ciri ibunya terlihat sebagai Ibu yang otoriter karena galak, keras, kurang mendengarkan kebutuhan anak dan cenderung melakukan cara yang intimidasi. Anak-anak yang diasuh dengan Ibu seperti ini pada akhirnya akan membentuk karakter anak yang pemberontak atau suka melawan. Bisa saja, keponakan Mba saat ini sedang "protes" terhadap perilaku Ibu yang otoriter sehingga memberontak dan gak mau sekolah. Pada akhirnya si anak akan memilih mencari lingkungan atau figur yang membuat ia nyaman, contohnya Mba Kurnia yang notabene adalah tantenya.
    Pendekatan pada keponakan tidak boleh dengan cara memaksa, karena anak semakin dipaksa akan semakin menolak. Memindahkan sekolah, bukan sebagai alternatif yang tepat. tetapi Ibunya harus menyadari dan aware bahwa gaya pengasuhannya selama ini berdampak buruk pada perkembangan emosi anak. Jadi, saran saya, berikan masukan dulu kepada mamanya mengenai cara-cara pendekatan emosi yang positif pada anak. Secara pararel, mba juga harus memberikan sugesti dan informasi yang menyenangkan mengenai makna bersekolah kepada keponakannya dan kembali mendekatkan dirinya pada Ibu..semoga bermanfaat ya mba Hidden Content
    Last edited by sugarenspice; Oct 25, 2013 at 07:38 AM.

  7. #7
    Resident Kurnia's Avatar
    Join Date
    Feb 15, 2012
    Location
    0761-0298
    Posts
    363
    Mentioned
    50 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Terimakasih mba Irma, advis nya sangat bermanfaat.
    Smoga adik sy bisa mengubah perilakunya setelah membaca advis mba Irma.
    Sekali lagi sy ucapkan bnyk terimakasih.

  8. #8
    Citizen Deelicious's Avatar
    Join Date
    Jan 14, 2010
    Location
    River city
    Posts
    2,125
    Mentioned
    20 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default

    Mbak irma, salam kenal Hidden Content
    Mau ikutan nanya,
    Seberapa penting ya, balita dimasukkan ke paud?
    Apa plus minusnya diliat dari sisi psikologi?
    Terima kasih Hidden Content .

  9. #9

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Mba irma mau nanya ♈ªªª......
    Suami sy sedikit tempramen, segala yg krg berkenan dihatinya bs buat dia marah, sy tkt kan hal ini berpengaruh pd psykologi anak, soalnya klo marah suamiku gaa kenal wkt, tempat dan lingkungan sekitar (ada anak2), emang sih dia marah2nya bkn langsung ke sy mis. Dijalanan mobil dipepet dikit bs buat dia marah (menghentikan mobil, berkata kasar, mengajak orang itu berkelahi) terkadang sy malu dibuatnya ato ada laki2 yg menatap dia aja dia pikir orang itu menantangnya untuk berkelahi, kadang2 sy menasehati spy bersabar dan mengingatkan ada anak tp dia tdk peduli....
    Yg ingin sy tanyakan apa hal tersebut dpt mempengaruhi psykologi anak ?
    Yg sy perhatikan anak pertama sy 9 thn (anak tiri) apabila didpn papa nya sangat manis sekali (jarang sekali berbuat salah) tp klo mendengar cerita nenek, tante ato mama nya sendiri anak ini tdk semanis didpn papa nya, apakah anak ini punya kepribadian ganda ? Apa hal ini dipengaruhi oleh sikap suami sy ?
    Klo thd anak sy sendiri blm terlihat pengaruhnya sih tp sy ingin mencegah hal2 buruk terjadi
    Sebaiknya hal apa yg hrs sy lakukan ?
    Maaf kepanjangan ♈ªªª mba....
    Mohon pencerahannya

  10. #10

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Post Re: Q&A dengan Psikolog

    Deelicious

    Hai mba, seperti yang kita ketahui bersama bahwa masa yang paling baik untuk memberikan stimulasi adalah saat anak berada pada masa usia dini. Tidak hanya dari sisi intelektualnya, namun juga terkait dengan aspek pengembangan kepribadian, yaitu sosial emosi. Di usia golden age (0-6 tahun), adalah usia yang paling kritis sekaligus paling pendek diantara tahapan perkembangan lainnya. Nah untuk itu diusia ini, anak memang harus betul-betul diberikan stimlus yang optimal. Menurut salah satu penelitian, dikatakan bahwa kapasitas intelektual terbentuk dengan sangat optimal ketika anak berada di usia 4 tahun, selebihnya ketika anak berada di usia sekolah dan hanya 2% saja yang berkembang sampai usia 18 tahun. Memasukkan anak-anak ke PAUD dijaman serba informatif seperti ini sekarang, memang menjadi salah satu alternatif pendidikan yang bisa membantu tumbuh kembang anak, tetapi bukanlah menjadi hal yang mutlak.
    Ada beberapa keuntungan bagi anak-anak usia toddler atau playgroup yang mengikuti kegiatan belajar di lembaga informal antara lain
    - anak belajar mengenal lingkungan sosial yang lebih luas dibandingkan jika berada dirumah terus menerus
    - anak belajar bekerja sama dengan teman sebaya ataupun figur orang dewasa lain
    - anak belajar patuh terhadap aturan
    - anak juga banyak belajar mengenai kemandirian dan bantu diri
    - anak dapat mengembangkan perasaan supportivitas atau kompetisi sejak dini
    - anak juga dipastikan akan belajar mengenai bersabar, menunggu giliran, berbagi dengan teman.
    Sebaliknya, memasukkan anak ke pendidikan informal PAUD juga dapat memberikan pengaruh yang negatif pada perkembangan psikologisnya jika :
    - orangtua terlalu memaksakan anak, sementara mental anak belum siap untuk menghadapi tuntutan sekolah sehingga umumnya akan muncul masalah emosi. Hal ini biasanya terjadi, jika orangtua kurang melatih kemandirian anak dirumah, sehingga berharap sekolah informal yang akan terus menerus membantu. Padahal yang namanya kemandirian, harus dillatih pula dirumah. Seperti toilet training
    - anak memiliki pola tidur yang kurang teratur, sehingga seringkali pagi hari anak menjadi rewel karena masih mengantuk atau lelah, Akibatnya seringkali orangtua tidak sabaran dan marah menghadapi perilaku anak yang rewel
    - orangtua yang melakukan ancaman pada anak, jika anak sedang tidak mood untuk berangkat sekolah. Namanya juga anak-anak ya mba, anytime bisa aja jadi gak mood dan rewel. Padahal, anak seharusnya diberikan informasi yang positif mengenai sekolah infomalnya seperti menceritakan hal-hal menyenangkan yang akan ia lakukan disekolah
    - orangtua yang menuntut anak untuk selalu sempurna disekolah informalnya, padahal setiap anak memiliki skill atau perkembangan mental yang berbeda-beda. Akibatnya anak menjadi rewel tiap kali berangkat sekolah.

    Nah yang paling penting adalah, adalah kesinambungan antara lingkungan rumah dan sekolah informalnya, sehingga anak mendapatkan stimulasi yang optimal. Jika ternyata dirumah anak sudah mendapatkan stimulasi yang optimal baik yang terkait dengan perkembangan intelektual, kemandirian, maka orangtua dapat menjadikan sekolah informal sebagai sarana anak belajar berinteraksi.
    Carilah sekolah informal PAUD, yang memiliki jam belajar tidak terlalu panjang, beberapa sekolah informal memberikan jam kegiatan hanya sekitar 1-2,5 jam dengan jadual 2 atau 3 kali dalam seminggu terutama untuk anak-anak usia toddler dan playgroup. Sementara untuk anak usia prasekolah 4-6, rata-rata jam kegiatan 3,5-4 jam. Setelah itu, anak memang tidak dianjurkan untuk mengikuti banyak kegiatan les-les, karena mereka masih memiliki kebutuhan untuk bermain dan istirahat driumah
    Demikian ya mba, semoga bisa memberikan informasi tambahan Hidden Content
    Last edited by sugarenspice; Oct 25, 2013 at 07:40 AM.

  11. #11
    Elite Citizen jLoved's Avatar
    Join Date
    Jul 24, 2012
    Location
    Jakarta-Tangerang
    Posts
    4,297
    Mentioned
    63 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Mba Irma, salam kenal ya. Mau numpang curhat nih....mudah2an tepat pd tempatnya

    Aku baru aja kehilangan 2 baby kembar di kehamilan 15minggu. Ii adalah kehamilan ke3, yg pertama keguguran, yg kedua lahir sehat skrg umur 2thn. Sebelum tau ada kelainan pada baby, hubungan aku dan suami masih baik, tapi sejak tau ada nya kelainan dan kemungkinan baby tidak bertahan hidup, komunikasi kami berdua menjadi agak kaku. Dari sisi aku sendiri, setelah mendengar vonis dokter yg ada hanya sedih dan depresi. Jadi lebih banyak nangis dan larut dlm kesedihan. Kalo dr suami, aku ga begitu paham, yg ku tau byk hal yg berkecamuk dlm pikirannya.

    Ditambah lagi, saat dia mencoba meminta pendapat SIL no 2 yg notabene bekerja di dunia medis, SIL seolah tidak mau tau, tidak mau peduli akan keadaan kami. Kalo dr sisi suami katanya SIL takut diminta bantuan dana, padahal kami sama sekali tidak mengharapkan itu. Kami hanya ingin dia membantu kami mencari opini dari dokter2 lain yg dikenal, apakah memang benar kelainan yg dialami anak kami tidak bisa lg diobati.

    Sampai akhirnya dokter mendapati kedua janin dlm kandungan ku sudah meninggal, aku semakin sedih dan tak sanggup membendung tangis yg tertahan selama ini. Dengan pikiran kosong, aku diajak suami utk ke obgyn dan menjadwalkan hari utk melahirkan kedua baby kami. Di situ aku ga banyak bicara, lebih banyak diam, krn takut air mata ku jatuh lagi. Dan sesuai dgn jadwal dr dokter, aku pun dirawat inap selama 3 hr dan melahirkan keduanya melalui induksi.

    Sampai hr ini aku yg masih sering teringat akan kedua baby kami, masih hrs berhadapan dgn suami ku yg masih tetap bersikap kaku, tidak banyak bicara, tidak sehangat dulu, walo disisi lain dia pun tidak menunjukkan ekspresi marah saat berhadapan dgn aku. Yg biasanya ada pillow talk, sekarang tidak lagi, krn suami fokus nonton dvd ampe tertidur.

    Apa yg hrs saya lakukan Mba Irma, dgn kondisi kami seperti ini. Sy sendiri sudah sangat depresi dan mencoba utk keluar dr keadaan ini, tapi jika tanpa dukungan suami sbg org yg paling dekat, aku merasa tidak sanggup. Aku malah merasa seperti disalahkan atas apa yg terjadi dgn anak kami. Aku merasa blm bisa jd istri dan ibu yg baik di mata suami. Dan aku masih blm bisa ikhlas atas kepergian anakku jg...

  12. #12
    Editor Mommies Daily Resident adiesty's Avatar
    Join Date
    Jan 28, 2013
    Posts
    464
    Mentioned
    25 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Ah... senangnya bisa tanya2 langsung sama yg ahli Hidden Content

    Mbak Irma, ada yg mau saya tanyakan, nih...
    Belakangan ini anak saya, Bumi (3 tahun) suka berimajinasi yang menurut saya sedikit nyeremin. Maksudnya, kalau sedang main sama saya, kadang2 Bumi suka bilang, "Ah... Bumi mau potong tangan ibu," atau kalimat2 lain yang serupa seperti itu. Awalnya, sih, saya nggak terlalu ambil pusing, krn mungkin itu memang hanya sebatas imajinasinya saja. Tapi, tentu saya juga sambil kasih tau kalau tindakan memotong, pukul, atau yang lainnya itu nggak bagus dan tidak boleh dilakukan.
    Nah, sebaiknya bagaimana, ya, Mbak cara merespon kalau Bumi sedang berimajinasi yg nyeremin seperti ini? Pdhal selama ini saya dan suami nggak pernah melihat film/ acara dgn adegan kekerasan seperti itu selama ada anak. Kamipun juga menerapkan nggak mau main tangan ke anak.

    Terima Kasih,

  13. #13
    Elite Citizen nenglita's Avatar
    Join Date
    Oct 1, 2007
    Location
    Jakarta
    Posts
    3,634
    Mentioned
    45 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    Wah, ikutan tanya juga ah.

    Mbak Irma, mau tanya dong. Langit, anakku usianya 5 tahun. Dia tuh lebih senang dan mudah akrab dengan orang dewasa. Misalnya, kalau saya lagi jemput ke sekolah, dia akan lebih senang nimbrung sama orangtua murid daripada main lari2an sama teman2nya.
    Terus saya juga belakangan sedikit khawatir sama dia yang mudah akrab dgn orang dewasa. Karena, we never know, amit-amiiiit jangan sampe, penculikan lagi marak di mana-mana. Gimana membatasinya ya? Saya udah bilang sih, untuk kalau sama yang baru kenal berhati-hati. Boleh berakrab2 ria, kalau hanya ada orang yang dikenal dekat dia (misalnya saya, mbaknya, bapaknya, keluarga). Udah benar apa belum ya? Kalau terlalu strict juga malah takut dia ntar nggak berani sama orang lain.

    Thank u, mbak!
    Twitter/ IG: @nenglita
    www.dongenglangit.blogspot.com

  14. #14

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Post Re: Q&A dengan Psikolog

    champernik
    Hai mba, gpp kepanjangan ceritanya..biar lebih jelas yah persoalannya Hidden Content . Jadi begini, kalau kita bicara mengenai kepribadian, hal itu mencakup karakterik, sifat, temperamen, watak, kebiasaan dan lainnya. Semua itu ada hubungannya dengan bagaimana seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, sehingga tiap orang pasti akan memiliki cara yang berbeda untuk adjust dengan situasi. Ya misalkan seperti suaminya mba, yang memiliki temperamen agak sulit, sehingga setiap kali ada situasi yang menyulut emosinya, pasti mudah sekali bersikap atau bicara kasar.
    Oh ya dalam perkembangan anak, temperamen anak itu dibagi menjadi 3 lho mba.
    1. Anak yang temperamennya sulit (difficult). Nah anak-anak ini termasuk agak susah sosialisasi, suka melanggar aturan, mudah marah dan kesal, pola kegiatan hariannya gak teratur.
    2. Anak dengan tempermanen seperti diesel atau bahasa psikologinya slow to warmth up, jadi anak-anak dengan temperamen ini perlu waktu untuk sosialisasi, mengamati dulu, harus nyaman, suka ngambek tapi kalau diberikan pengarahan akhirnya bisa nurut.
    3.Terakhir, anak dengan temperamen yang mudah (easy), nah anak-anak dengan temperamen ini mudah sekali diajak kerja sama, mudah sosialisasi, umumnya menyenangkan bagi lingkungan.

    Secara psikologis, kepribadian seseorang terbentuk karena 2 hal, karena interaksi antara genetika (sifat yang diturunkan) dan juga pengaruh lingkungan (pola asuh atau kebudayaan). Bisa dibayangkan kalau anak-anaknya mba, yang mungkin saja secara genetika memiliki temperamen pemarah atau sulit, kemudian dididik dengan gaya mengasuh yang juga kurang kondusif. Akibatnya anak bisa terbentuk menjadi pribadi yang lebih pemarah, lebih temperamental, sensitif mudah tersinggung dan lain sebagainya. Atau sebaliknya, jika anak mba lahir dengan kecenderungan membawa sifat yang pemalu atau tertutup tetapi lingkungan mendidik dengan cara yang positif, terbuka dan nyaman maka akan membentuknya menjadi pribadi yang percaya diri.

    Untuk karakter si kakak yang usia 9 tahun, pastinya itu bukan kepribadian ganda ya mba. Tapi lebih karena ia berusaha memanipulasi situasi saja, supaya terlihat baik dan "manis" dihadapan
    ayah karena takut dimarahi atau diberikan hukuman, Kemudian, si kakak bisa berulah dan berubah perilakunya kalau ayah tidak ada. Ini memang perilaku yang kurang baik, karena manipulasi lingkungan dapat berujung pada perilaku berbohong atau tidak jujur. Bagaimana menyikapinya?
    - yang pasti lakukan pendekatan secara emosional (penuh dengan kasih sayang) dengan si kakak, mungkin selama ini ia kurang mau mendengarkan mba, karena kurang lekat ikatan emosinya. Walaupun mba adalah Ibu Tirinya, namun jika kelekatan dan rasa percayanya pada mba itu tinggi, Inshaa Allah si kakak pasti mau mendengarkan.
    - Bersikap sebagai teman, mengerti mengenai apa yang sedang terjadi diusianya saat ini, memehami hobbinya sehingga mba akan memiliki bahan untuk dijadikan topik ngobrol. Jika ia menolak diajak ngobrol atau bersikap sinis, ya jangan pantang menyerah.
    - Dekati terus, lakukan terus pendekatan psikologis tetapi jangan memaksakan diri. Ketika anda sudah nyaman bersamanya, barulah anda membahas masalah-masalah pribadi yang sering muncul dirumah atau disekolah. Angkatlah satu issue saja, tetapi jangan membuatnya menjadi tersinggung yah? jadi, pendekatannya lebih bersifat feedback. Minta ia sendiri yang menilai perilakunya.

    Nah, kalau untuk suami. Memang biasanya agak sulit untuk merubah temperamen orang dewasa, tetapi bukan berarti tidak bisa. Diskusikan saja masalah yang sering muncul, usahakan dalam keadaan santai dimana suami sedang dalam keadaan yang tenang dan tidak terbebani masalah pekerjaan.

    Secara umum, untuk mencegah munculnya masalah perilaku negatif atau perilaku bermasalah untuk anak-anak secara umum. yang bisa dilakukan adalah :
    1. Konsisten saja terhadap aturan yang dibuat. Berikan reward jika anak melakukan perbuatan baik/positif misalnya pelukan atau pujian, kemudian berikan konsekuensi jiika anak melanggar aturan atau kesepakatan misalnya mengurangi jam bermain atau menonton TV.
    2. Jadilah role model yang baik buat anak. Hal ini harus disepakati bersama dengan suami. Jangan berharap anak akan memiliki perilaku yang positif jika sebagai orangtua kita tidak dapat menjadi model yang baik pula. Hal ini adalah mutlak Hidden Content
    3. Berikan kegiatan yang dapat "membuka sumbatan emosi" anak, sehingga semua masalah tidak diinternalisasi anak ke dalam dirinya sendiri. Misalnya bermain outdoor, berolahraga, banyak berkreasi dan lain sebagainya
    4. Kualitas waktu bersama antara orangtua dan anak. Misalnya sebelum tidur, dengan si kakak usahakan 10-15 menit bicara private dikamarnya. Begitupun dengan si adik. Selain itu, luangkan waktu untuk family time seminggu sekali untuk berkegiatan bersama.
    demikian ya mba...semoga bs memberikan pencerahan Hidden Content
    Last edited by sugarenspice; Oct 25, 2013 at 07:41 AM.

  15. #15
    Newcomer
    Join Date
    Jan 15, 2012
    Posts
    29
    Mentioned
    0 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Q&A dengan Psikolog

    mba sblmnya sy senang ada mba sbg psikolog di thread ini. sy mau curhat sedikit. sy telah menikah slama 5 th, sy ini orangnya sedikit posesif *dikit apa byk ya?hehe... tp justru sy punya suami yg flamboyant yg baik dan perhatian thd siapa sj,tmasuk tmn2 ceweknya. kebaca kan mba problem kami ada dimana....... nah sampai suatu saat ada tmn curhat yg lawan jenis yg aga kelewatan krn dia berani kirim foto ke suami sy dan blg "I miss u so badly". kita sempat brantem besar krn masalah ini. dan sy g mau lg kejadian ini terulang. apa yg hrs sy lakukan y mba? dan bagaimana agar sy tdk menjadi orang yg posesif? mohon pencerahannya dan trimakasih sblmnya
    Last edited by kueputu; Oct 6, 2013 at 09:16 AM.

Page 1 of 11 1 2 3 ... LastLast