Imunisasi - Page 20

Thread: Imunisasi

Page 20 of 152 FirstFirst ... 10 18 19 20 21 22 30 70 120 ... LastLast
Results 286 to 300 of 2272
  1. #286
    Mommies Daily Crew Superstar in Training kirana21's Avatar
    Join Date
    Mar 21, 2008
    Location
    Jakarta, Surabaya
    Posts
    7,622
    Mentioned
    450 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Imunisasi

    zaichan, imunisasi bukan berarti bikin ga akan kena penyakit ybs. kemungkinan kena tetep ada, tapi gejalanya yg jadi lebih ringan ketimbang yg ga imun.

  2. #287
    Citizen zaichangurl's Avatar
    Join Date
    Jan 31, 2011
    Location
    denpasar & bsd
    Posts
    1,105
    Mentioned
    15 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Post Re: Imunisasi

    kirana oh gitu ya...tapi gag apa deh.Kan lebih baik mencegah daripada mengobati Hidden Content

  3. #288

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Imunisasi

    Pneomokukus itu IPD bukan? anakku bulan ini (3bln) dijadwalin utk imunisasi itu sm DSAnya..padahal waktu kakaknya umur 2th baru dapet imunisasi itu...kl diatas 2th kan cukup sekali..kl msh dibawah setaun harus 4x..smntara biayanya lumayan bangeet nii...*pusing*

  4. #289

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Imunisasi

    maaf y,coba dibaca info di video ini deh..penting,



    ini pembahasannya adalah sudah banyak informasi bahwa imunisasi mengandung zat berbahaya, dan memiliki banyak efek negatif. Juga bisa dilihat di video reelated di sebelah kanannya. Berbagai info pengalaman dari ibu yg dipaksa untuk imunisasi dan akhirnya anaknya autisme dll.



    Di video lain juga disebutkan bahwa efek imunisasi ini bisa nampak dan tidak nampak. Yang nampak seperti autisme,gangguan syaraf otak . Yg tidak nampak seperti kesulitan konsentrasi dan banyak hal lain


    Jangan khawatir untuk tidak mengimunisasi anak kita, asal hidup sehat gizi cukup,dan kita usahakan juga dengan pengobatan alami seperti madu dan habbatusauda' serta hubungan keluarga yang harmonis sejak dini.insa Allah generasi kita akan sehat walafiat

    semoga bermanfaat... Hidden Content
    Last edited by ummu fayyadh; Feb 6, 2011 at 06:53 AM.

  5. #290
    Mommies Daily Crew Superstar in Training kirana21's Avatar
    Join Date
    Mar 21, 2008
    Location
    Jakarta, Surabaya
    Posts
    7,622
    Mentioned
    450 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Imunisasi

    ummu fayyadh, brapa persen dari anak yg imunisasi yg kena efek samping? kalo ada datanya, baru bisa jelas. kalo 1-2% dibanding 98% keberhasilan imunisasi yg mencegah wabah2 penyakit kayak campak meledak lg kek jaman dulu, udah jelas yg 1-2% pasti ada faktor x yg bukan sekedar imunisasi penyebabnya.

    perumpamaannya, beli barang di supermarket. ada yg dpt barang jelek, trus ribut. lha 1-2 org dpt brg jelek vs 100rb org beli baik2 aja. kemungkinannya ya 1-2 org itu: apes, ngga teliti liat tgl kadaluarsa, ngga teliti brg yg dibeli kondisinya gmn, ga diliat dulu brg yg dibeli cocok ato ngga,dst.

    imunisasi jg sama. ada beberapa kasus dlm skala yg sangat jarang, bahwa ternyata anak alergi bahan yg ada di vaksin. nah ini kudunya pihak ortu yg hrs tau dan menginformasikan ke dokter/tenaga medis yg memberi vaksin bhw anaknya alergi zat tertentu. kalo ngga ada info, gmn dokter bisa tau?
    vaksin juga bisa kadaluarsa, juga bisa dari sekian ratusribu vaksin ada yg mis-produksi.

    gue mengimunisasi anak jg bagian dari ikhtiar. apalagi kalo gw ngga ngasih dan anak gw jd penyebab wabah di daerah gw, gw malah seakan2 mengabaikan 'kewajiban' fardhu kifayah yg berefek pada lingkungan yg lebih luas, kesehatan (minimal) ratusan anak lain.

    so far, belum ada produk yg bisa menggantikan vaksin.
    habbatussauda dan madu, itu suplemen. bukan vaksin. itu lebih cocok dibandingkannya: jangan minum multivitamin, minum aja madu ama habbatusauda.
    tolong kalo cari bandingan, yg apple to apple. kalo udah nemu, boleh kita bahas lagi.

    hidup sehat, gizi bagus, dan keluarga yg harmonis gue rasa semua jg sama2 mengusahakan ya.

  6. #291

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Imunisasi

    Hidden Content Originally Posted by kirana21 Hidden Content
    ummu fayyadh, brapa persen dari anak yg imunisasi yg kena efek samping? kalo ada datanya, baru bisa jelas. kalo 1-2% dibanding 98% keberhasilan imunisasi yg mencegah wabah2 penyakit kayak campak meledak lg kek jaman dulu, udah jelas yg 1-2% pasti ada faktor x yg bukan sekedar imunisasi penyebabnya.
    apakah kirana21 sudah lihat videonya, dan apakah sudah menyimpulkan dari video yang ada ? ini ada beberapa website yg bisa dijadikan referensi. Seluruh penulisnya adalah dokter.

    Hidden Content .org/

    Hidden Content

    Apakah memberikan sesuatu yg berbahaya kepada anak dengan alasan apapun masih memerlukan data-data ?
    berarti kita melempar dadu dong dengan nasib anak kita ?

    Hidden Content Originally Posted by kirana21 Hidden Content
    perumpamaannya, beli barang di supermarket. ada yg dpt barang jelek, trus ribut. lha 1-2 org dpt brg jelek vs 100rb org beli baik2 aja. kemungkinannya ya 1-2 org itu: apes, ngga teliti liat tgl kadaluarsa, ngga teliti brg yg dibeli kondisinya gmn, ga diliat dulu brg yg dibeli cocok ato ngga,dst.
    sebenernya perumpamaan ini juga tidak apple to apple, karena imunisasi dan beli barang di supermarket itu jauh berbeda. Kalau sudah melihat video di atas dan mengerti, maka kandungan bahan yg ada di dalam imunisasi itu rata-rata zat berbahaya (ex. formaldehide, formaline,phenol, aceton)
    apakah kita akan ke supermarket membeli satu produk yang sudah kita tahu isinya sangat membahayakan tubuh manusia ?
    Insa allah tidak begitu
    Dan autisme,kanker adalah hal yg tidak bisa ditoleransi bila hal tersebut terjadi pada anak kita ( ini adalah perkara yg memberikan efek seumur hidup pada anak kita)


    Hidden Content Originally Posted by kirana21 Hidden Content
    imunisasi jg sama. ada beberapa kasus dlm skala yg sangat jarang, bahwa ternyata anak alergi bahan yg ada di vaksin. nah ini kudunya pihak ortu yg hrs tau dan menginformasikan ke dokter/tenaga medis yg memberi vaksin bhw anaknya alergi zat tertentu. kalo ngga ada info, gmn dokter bisa tau?
    vaksin juga bisa kadaluarsa, juga bisa dari sekian ratusribu vaksin ada yg mis-produksi.
    apakah anda sudah tahu kalo hampir seluruh imunisasi ini tidak ada yg mendapatkan satu percobaan dalam jangka panjang pun sudah dilepas untuk produksi massal?



    Ini salah satu expert dalam perusahaan vaccine "MERCK" mengungkapkan kebenaran bagaimana berbahayanya vaksin ini.




    Hidden Content Originally Posted by kirana21 Hidden Content
    gue mengimunisasi anak jg bagian dari ikhtiar. apalagi kalo gw ngga ngasih dan anak gw jd penyebab wabah di daerah gw, gw malah seakan2 mengabaikan 'kewajiban' fardhu kifayah yg berefek pada lingkungan yg lebih luas, kesehatan (minimal) ratusan anak lain.

    Alhamdulillah kirana21 juga memperhatikan fardhu kifayah dalam agama. Tentunya juga tahu kan kalau Rasulullah Sallahau Alaihi Wassalam telah mengabarkan di dalam Al-quran dan hadist bahwa madu adalah obat dan habbatus sauda' adalah obat segala penyakit kecuali kematian ??...

    Tidak ada ygg menyangkal ikhtiar untuk kesehatan anak, yang dipermasalahkan disini adalah solusinya.
    Pada dasarnya tubuh manusia sudah memiliki sistem immun untuk mencegah seluruh penyakit yang datang, tinggal kita menjaga agar anak kita hidup sehat agar siap menghadapi segala penyakit.


    Hidden Content Originally Posted by kirana21 Hidden Content
    so far, belum ada produk yg bisa menggantikan vaksin.
    habbatussauda dan madu, itu suplemen. bukan vaksin. itu lebih cocok dibandingkannya: jangan minum multivitamin, minum aja madu ama habbatusauda.
    tolong kalo cari bandingan, yg apple to apple. kalo udah nemu, boleh kita bahas lagi.
    wow, tampaknya kirana21 belum tahu kandungan madu ya. Madu mengandung antibiotik alami

    "Salah satu keunikan madu, ia mengandung zat antibiotik . Hal itu hasil penelitian Peter C Molan ( 1992 ) , peneliti dari Departement of Biological Sciences, University of Waikoto , Selandia Baru. Menurutnya Madu terbukti mengandung zat antibiotik yang aktif melawan serangan berbagai kuman patogen penyebab penyakit.

    Selain itu juga peneliti dari Departement of Biochemistry , Faculty of Medicine , University of Malaya di Malaysia, Kamaruddin (1997) juga menyebutkan Bahwa di dalam madu terkandung zat anti mikrobial, yang dapat menghambat penyakit."

    Lebih lanjut tentang: Hidden Content



    Jadi Madu bukan sekedar sekedar suplemen biasa, tapi memiliki banyak manfaat termasuk memerangi penyakit yah. Perbandingan multivitamin dan madu juga gak apple to apple.

    Sedangkan habbatusauda' kandungannya malah memberikan immunitas pada tubuh dan mencegah dari virus dan bakteri yang masuk.

    "Pada tahun 1986, Dr. Ahmad Al Qadhy dan rekan-rekannya melakukan penelitian di Amerika tentang pengaruh habatussauda terhadap sistem kekebalan tubuh (imuniti) manusia. Penelitian yang dilakukan dalam dua tahap itu menghasilkan kesimpulan pertama: Kelebihan prosentase The Helper T-Cell atas suppresor cells ts mencapai 55% dan ada sedikit kelebihan atas killer cell orcytoxic sebanyak 30%.
    Penelitian tahap kedua dengan melibatkan 18 suka- relawan yang badan mereka terlihat sehat dan segar. Mereka dibagi dalam dua kelompok, satu kelompok diberi satu gram habatussauda setiap harinya, dan kelompok lain diberi karbon. Selama empat pekan mereka mengkonsumsi habatus dan karbon yang sudah dikemas dalam butir-butir kapsul.
    Hasilnya, habatus menguat-kan tugas-tugas imuniti dengan tambahan prosentase The Helper T-lymphocytes cell atas supressor cell-ts. Jadi, sistem kerja habatatussauda dalam tubuh manusia adalah dengan memperbaiki, menjaga dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia terhadap berbagai penyakit.
    Dalam sistem kekebalan tubuh manusia, habatussauda adalah satu-satunya tatanan yang memiliki senjata khusus untuk menghancurkan segala macam penyakit. Sebab, setelah sel paghocytosis menelan kuman-kuman yang menyerang, ia membawa bakteri antigenic ke permukaannya, kemudian menempel dengan sel lymph, untuk mengetahui bagaimana susunan mikrobanya secara mendetil, lalu memerintahkan masing-masing sel T-lymphocytes untuk memproduksi antibodies atau sel T-spesific, khususnya adalah antigenic yang juga dibangkitkan untuk berproduksi.
    Dinding sel B-Lymphocytes memiliki kurang lebih 100 ribu molekul dari antibodies yang saling bereaksi secara khusus dan dengan kemampuan yang tinggi dengan jenis khusus yang ditimbulkan oleh antigenic dalam mikroba. Antibodies menyatu dengan sel T- Lymhocytes, lalu bersama-sama dengan antigenic melawan mikroba, sehingga mikroba tidak dapat berkerja dan sekaligus bisa menghancurkannya.
    Dengan demikian, kekebalan itu merupakan kekebalan khusus untuk menghadapi setiap hewan asing yang masuk ke dalam tubuh. Karena, habatussauda mempunyai kekebalan spesifik yang didapat secara otomatis, yang memiliki kemampuan berbentuk antibodies dan senjata sel serta pengurai khusus untuk setiap hewan asing yang masuk dan menyebabkan penyakit.
    Menurut Dr. Al Qadhy, habatusaudah juga mempunyai kemampuan lain, seperti untuk melawan bermacam-macam virus, kuman dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh manusia."


    sumber : Hidden Content

    Jadi dari seluruh kesimpulan di atas, vaksinasi berbading dengan madu dan habbatus sauda' sama-sama bekerja memberikan sistem kekebalan pada tubuh.

    Dan sebenarnya dalam berbagai kasus apapun kita tidak selalu harus memberikan solusi terkait satu tema harus ada solusi dengan tema yg sama. Karena solusi itu memang berhubungan sekali dengan kasus pertama maka bisa dimasukkan dalam tema yang sama. Seperti di bawah ini.



    Hidden Content Originally Posted by kirana21 Hidden Content
    hidup sehat, gizi bagus, dan keluarga yg harmonis gue rasa semua jg sama2 mengusahakan ya.

    Hidup sehat, gizi bagus dan keluarga yang harmonis juga tidak berhubungan dengan imunisasi kan ? tapi kirana21 tidak menyangkalnya. Itu karena solusi suatu tema tidak selalu harus sejenis dengan temanya tapi karena berhubungan dengan tema tersebut makanya tetap bisa dimasukkan sebagai penyangkal solusi tersebut


    Postingan ini ada diperuntukkan untuk ibu dan calon ibu yang lain yang perlu informasi terkait vaksinasi ini secara benar.

    Semoga ada manfaatnya.
    Last edited by ummu fayyadh; Feb 6, 2011 at 02:26 PM.

  7. #292
    Mommies Daily Crew Superstar in Training kirana21's Avatar
    Join Date
    Mar 21, 2008
    Location
    Jakarta, Surabaya
    Posts
    7,622
    Mentioned
    450 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Imunisasi

    ummu, ngga ada hal baru yg bisa gw jawab yg ga kejawab sama posting gw sebelumnya. klo gw jawab yg ada gw ngulang lagi dan entar reply elo makin irrelevant.

    vaksin = latihan perang tanding.
    madu+habbatus+gizi dkk = obat kuat tentara.

    silakan ditelaah sendiri oleh masing2.

    bahan bacaan:
    - Hidden Content
    - Hidden Content

  8. #293
    Topaz faustomania's Avatar
    Join Date
    Feb 18, 2010
    Location
    jakarta, indonesia
    Posts
    3,334
    Mentioned
    24 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Imunisasi

    Permisi nimbrung.. Thx buat ummu atas infonya.. Gw jadi dapet bahan pertimbangan dan informasi.. Tapi ya setelah gw baca dan simak, dan gw bandingkan dg penjelasan dsa tetap gw, dsa cabutan (ada beberapa orang baik dalam ataupun luar negri) gw memilih untuk tetep kasi vaksin ke anak gw biar ga deg2an tiap hari knowing buanyaaakkk virus bertebaran. Gak semua, tp yg gw rasa penting aja.. *ikhtiar hidup sehat, jaga kebersihan, keluarga harmonis sih tentunya pasti* But again, thx buat wacana nya Hidden Content

    So, kirana MMR nya tar setelah 2 th aja gapapa ya mak? Yg penting semua yg wajib (plus cacar) udh gw penuhi kan ya?
    Ttg flu, mungkin vaksin flu berfungsi kayak badean yg pernah 'kenalan' sama virus tsb dan berhasil membunuhnya, jd next time udh lbh kebal ya.. Gw sih ga vaksin flu, biar aja pas kena dia latihan sembuh sendiri (dan anak gw skrg kuat banget sih kayanya haha)

  9. #294

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Imunisasi

    kirana21, posting diatas menjelaskan beserta bukti-bukti jelas dari video dan link yang bisa dilihat sendiri apa kandungan dari vaksin dan apa efeknya dan bagaimana berbahayanya hal ini pada tubuh manusia.Beberapa malah dari orang2 yang berkecimpung sendiri didalam pembuatan vaksin ini

    okey, smoga jadi pembelajaran buat yang baca dan bermanfaat untuk yang membutuhkan.

  10. #295
    Mommies Daily Crew Superstar in Training kirana21's Avatar
    Join Date
    Mar 21, 2008
    Location
    Jakarta, Surabaya
    Posts
    7,622
    Mentioned
    450 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Imunisasi

    Hidden Content

    Seorang sejawat mengirimkan e-mail di bawah ini: “kalau bisa Anda buat tulisan tentang pentingnya imunisasi/vaksinasi karena sekarang mulai banyak keluarga muslim yang tidak mau anaknya divaksinasi dan lebih memilih "bahan-bahan" alternatif sperti beberapa merek yang sudah banyak bereder melalui sistem MLM di kalangan tertentu, walaupun saya tahu persis produk-produk tersebut belum ada penelitian Randomized Controlled Trials-nya. Ini potensi destruktifnya kan besar sekali untuk potensi generasi di masa yang akan datang.. Mereka bahkan sdh ada yg meminta utk diadakan semacam penyuluhan untuk menginformasikan tentang bahaya/tidak perlunya vaksinansi, di antara argumennya ialah bahwa vaksin itu buatan Yahudi/strategi Amerika utk meracuni anak-anak muslim...”

    Baiklah kawan, saya coba memberikan pendapat saya. Sebuah buku yang (ternyata) ditulis oleh seorang dokter (si penulis tidak menyebutkan dengan tegas bahwa ia dokter, setelah menelusuri profilnya di internet baru saya tahu) memberikan keterangan seperti ini: “Vaksinasi bisa menghancurkan sistem kekebalan tubuh kita. Para ahli klinis yang meneliti penyakit sebelum dan sesudah vaksinasi menyimpulkan bahwa vaksin dapat melemahkan sistem imun. Akibat buruk suntikan vaksin bisa terus berlanjut. Dalam kasus-kasus tertentu yang buruk, suntikan vaksin itu malah bisa membunuh orang yang diberi suntikan. Beberapa ahli juga mengatakan kalau vaksin justru melemahkan upaya tubuh untuk bereaksi secara normal terhadap penyakit. Bahkan, ia berpotensi juga memunculkan penyakit autoimun. Terdapat beberapa penyakit autoimun, di antaranya: sindrom Guillain Barre, trombositopenia, dan artritis.” Padahal beberapa halaman sebelumnya penulis menyebutkan, “sistem imun adalah upaya silaturahmi yang bertugas untuk mengembangkan suatu pola interaksi yang sehat. Hal ini dapat diamati pada proses vaksinasi, yaitu pada saat sebagian eleman mikroba patogen (penyebab penyakit) yang telah dilemahkan atau bagian yang tidak berbahaya diperkenalkan ke dalam tubuh sebagai faktor “pengingat” bagi sistem imun”. Pernyataannya kontradiktif, di bagian akhir buku penulis mengajak pembaca untuk tidak memberikan imunisasi, tetapi di halaman pembuka, ia menjelaskan imunisasi memberikan pola interaksi yang sehat dalam tubuh. Anyway, saya setuju dengan 90% isi bukunya, hanya statement tentang imunisasi dan beberapa hal kecil lain saja yang saya tidak sepakat. Juga hal-hal yang disebut di atas seperti Guillain Barre syndrome, trombositopenia, dan artritis, disebut sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau post vaccination adverse event, yang relatif jarang terjadi, jarang sekali yang fatal, dan dijelaskan oleh dokter sebelum tindakan imunisasi dilakukan, sehingga mendapat persetujuan tindakan dari orangtua.

    Bukan hal baru bagi dokter dan pasien, bahwa sebagian dokter tidak mau memberikan imunisasi bagi pasien-pasiennya. Ada yang tidak mau memberikan vaksin jenis tertentu saja, ada yang menunda memberikan vaksin tertentu sampai umur lewat dari usia yang direkomendasikan, dan ada yang tidak mau memberikan semua jenis vaksin. Padahal jelas sekali, di seluruh dunia vaksinasi/imunisasi telah terbukti mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat penyakit infeksi tertentu. Sebut saja cacar (variola, bukan cacar air atau varisela) yang telah musnah dari permukaan bumi sejak tahun 1970-an, padahal sebelumnya penyakit ini telah merenggut jutaan nyawa. Sebut lagi penyakit infeksi lain seperti cacar (measles) yang memiliki komplikasi meningitis (radang selaput otak) dan pneumonia (radang jaringan paru) yang mematikan. Juga ada difteri, pertusis, tetanus, polio, dan lain-lain—name it deh, semua vaksin yang ada—yang membuat kita hampir tidak pernah menemui kasus ini di keseharian. Padahal beberapa dekade silam ketakutan besar menimpa orangtua yang khawatir anaknya terkena penyakit-penyakit ini. Lalu mengapa dokter tidak memberikan?

    Ada beberapa alasan dalam analisis pribadi saya. Pertama, sebuah isu massal menyebutkan bahwa vaksinasi adalah konspirasi Yahudi melemahkan daya tahan anak-anak berbagai umat. Toh sudah diberi vaksinasi campak, cacar air, BCG, masih bisa juga terkena campak, cacar air, dan tuberkulosis! Ya, tidak ada satupun vaksin memiliki efek protektif mencapai 100%. Semua dokter yang lulus dari fakultas kedokteran negeri ini juga tahu. Sebagai contoh, vaksinasi BCG memiliki efektivitas perlindungan terhadap TBC sebanyak 0 sampai 80%. Artinya, anak yang sudah diimunisasi BCG sangat mungkin terinfeksi TBC dan menjadi sakit di negara endemik TBC ini. Tetapi, BCG terbukti sangat efektif mencegah komplikasi TBC seperti TB milier dan meningitis TB. Vaksin-vaksin lain seperti DPT, Hepatitis B, campak, dsb memiliki angka efektifitas yang lebih tinggi dibandingkan BCG. Bayangkan saja kalau tidak ada vaksinasi campak. Padahal Depkes mencatat 30 ribu anak Indonesia meninggal per tahunnya akibat komplikasi campak (pneumonia, meningitis). Sampai-sampai diadakan PIN Campak bulan Februari tahun lalu di Jakarta. Vaksinasi campak jauh mengurangi angka kesakitan dan kematian ini.

    Banyak orangtua juga membuktikan anak-anak mereka tidak ada satupun yang sakit-sakitan, dan selalu sehat, padahal tidak ada yang diimunisasi barang seorang pun. Hal ini tentunya sangat mungkin. Dalam konsep epidemiologi klinik, satu anak yang tidak diimunisasi polio misalnya, tapi ia adalah carrier (pembawa) virus polio, dapat menginfeksi seluruh anak lain yang berada di lingkungannya yang tidak mendapatkan imunisasi polio. Ini adalah hipotesis terjadinya heboh polio di Sukabumi tahun 2003 silam. Makanya seluruh anak dalam satu komunitas harus divaksinasi, tanpa kecuali.

    Alasan kedua, di dalam vaksin juga disinyalir terdapat zat-zat haram, seperti babi, janin manusia yang diaborsi, dll. Selengkapnya bisa melihat ke Hidden Content

    Saya coba menyalin kandungan vaksin yang saya ambil dari kemasannya langsung. Ini daftarnya, sesuai merek dagang (beda pabrik bisa beda pengawet):

    Infanrix-Hib (GSK), yaitu vaksin DaPT-Hib dalam satu sediaan (kombo), atau Tetract-Hib (DPT-Hib): isinya toksoid difteri, toksoid tetanus, dan tiga antigen pertusis yang dimurnikan dalam garam aluminium. Juga mengandung polisakarida kapsuler polyribosylribitol-fosfat (PRP) dari Hib. Toksin D dan T diperoleh dari kultur bakteri yang didetoksifikasi dan dimurnikan. Komponen seluler/aseluler P juga diperoleh dari bakteri B. pertusis. Kemudian semuanya diformulasikan dalam garam fisiologis, dan diawetkan dengan 2-fenoksietanol (alkohol).

    Act-Hib (Aventis), isinya Hib saja: mengandung polisakarida Hib yang terkonjugasi dengan protein tetanus, dan pengawet Trometamol dan Sukrosa, dilarutkan dengan Natrium klorida.

    Varilrix (GSK), yaitu vaksin varisela/cacar air: virus varisela-zoster strain OKA hidup yang dilemahkan, dikultur dalam sel diploid manusia MRC5.

    Engerix-B (GSK), yaitu vaksin hepatitis B: antigen permukaan virus yang dimurnikan diolah dengan teknik DNA rekombinan, dimasukkan dalam aluminium hidroksida. Antigen dihasilkan melalui kultur sel kapang/yeast (Saccharomyces cerevisiae). Tidak ada satupun sel manusia hidup yang digunakan dalam pembuatannya.

    MMR-II (MSD), yaitu vaksin kombo MMR: virus campak hidup yang dilemahkan dikultur dalam sel embrio ayam; virus mumps hidup juga dikultur dalam embrio ayam; virus rubella hidup dikultur dalam sel diploid manusia. Tidak mengandung pengawet.

    Havrix 720 (GSK), yaitu vaksin hepatitis A mati yang diawetkan dengan formalin, dimasukkan dalam aluminium hidroksida, dan dipropagasi dalam sel diploid manusia.

    Typhim Vi, yaitu vaksin tifoid, dari polisakarida S. Typhi, diawetkan dengan fenol dan larutan buffer yang mengandung NaCl, disodium fosfat, monosodium fosfat, dan air.

    Saya masih belum bisa mendapatkan daftar isi kemasan produk Biofarma seperti BCG, Hepatitis B, polio, DPT, dan campak. Mudah-mudahan segera bisa dilengkapi.

    Kira-kira komponen mana dari zat-zat di atas yang berpotensi membahayakan tubuh dan mengandung bahan haram? Saya belum menemukan bukti sahih. Semua obat yang diproses secara kimia di pabrik seharusnya mendapatkan perlakuan yang sama halnya dengan kepedulian terhadap imunisasi ini. Memang negara kita sangat bermasalah dalam status kehalalan obat-obatan dan kosmetika. Andaikan saja bisa mencontoh Malaysia, yang berusaha memproduksi sendiri vaksin halal. Maka saat ini, saya merujuk pada keputusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di sini (terlalu panjang jika disalin ulang): Hidden Content atau Hidden Content

    Analoginya bisa dipakai untuk seluruh jenis vaksin lain (BTW, vaksin IPV yang disebut dalam fatwa ini tidak digunakan secara luas di Indonesia, yang digunakan adalah OPV). Lebih lengkap lagi tentang imunisasi juga bisa dilihat di blog Bu Lita di Hidden Content

    Surat pembaca saya tentang kontroversi halal imunisasi ini pernah dimuat Majalah Hidayatullah edisi November 2007. Sayangnya tidak ada soft copy-nya di web, dan belum saya salin ulang.

    Pro dan kontra terhadap imunisasi atau vaksinasi tidak akan pernah berakhir. Saya bersyukur ada komunitas seperti milis SEHAT (Hidden Content ) yang selalu mendiskusikan dan memberikan informasi terkini tentang imunisasi dan kesehatan secara umum yang sahih (tidak semua informasi kesehatan di internet terbukti sahih secara evidence based medicine). Silakan juga buka Hidden Content

    Sekian dulu. Wallahu a’lam.
    *penulis adalah dokter, aktif di milis SEHAT

  11. #296
    Mommies Daily Crew Superstar in Training kirana21's Avatar
    Join Date
    Mar 21, 2008
    Location
    Jakarta, Surabaya
    Posts
    7,622
    Mentioned
    450 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Imunisasi

    Hidden Content

    Saya mendapat email ini di milis Hidden Content , dari mbak Hidden Content (halo, mom Dinar). Email ini berkisah tentang keluarga Istriyanto yang kehilangan anaknya saat berusia 7 bulan. Sedih dan trenyuh sungguh, tapi tidak mengurangi niat saya dari mengangkat beberapa masalah yang harus di'kunyah' dengan lebih cermat.

    Menilai keberhasilan vaksin

    Ada kisah menarik dari bu Santi Soekanto, tentang Hidden Content . Sila baca sendiri. Apa hubungannya dengan imunisasi? Ada di akhir cerita tersebut: "Today, I didn't do it".

    Keberhasilan imunisasi tidak nampak begitu jelas di mata awam, terutama non-petugas medis, apalagi petugas medis yang telah menjalani masa ketika tempatnya mengabdi mendapat 'limpahan' korban penyakit infeksi yang kini telah dapat dicegah oleh hadirnya vaksin.

    Imunisasi tidak menyembuhkan, tidak pula menjamin 100% bahwa kita tidak akan terpapar oleh bakteri atau virus yang terkandung dalam vaksin. Seperti namanya, imunisasi bertujuan untuk membangun kekebalan tubuh atas infeksi penyakit tertentu. Caranya dengan mengenalkan bakteri atau virus yang telah dilemahkan, dalam dosis tertentu, agar tubuh memproduksi antibodi dalam jumlah yang memadai untuk melawan apabila di kemudian hari bakteri atau virus sejenis datang 'bertamu'.

    Jaminan keberhasilan

    Tidak ada jaminan 100%, tentu saja. Mana ada? Ini untuk vaksin apapun, dan kita berurusan dengan mahluk hidup, dengan segala keberagamannya, bagaimana bisa menjamin hasilnya 100%?

    Apakah dengan memakai helm kita tidak akan terluka? Tidak, tapi helm akan membantu melindungi dan memperkecil risiko trauma pada kepala. Apakah 'keberhasilan' pemakaian helm terlihat jelas? Saya berani bilang tidak. Kenapa? Karena mereka selamat. Yang menjadi 'berita', yang laris diangkat sebagai topik di media cetak (dan elektronik), yang jadi 'subject' email yang 'bagus' untuk diteruskan ke teman-teman, umumnya berupa berita yang cenderung negatif.

    Lalu bagaimana vaksin dinyatakan aman? Seperti obat dinyatakan aman. Kuncinya ada pada statistik. Kita bisa berkata itu hanya hasil permainan statistik oleh para produsen vaksin dan obat. Nyatanya kita memang bermain statistik setiap hari. Kalau dimanfaatkan dengan baik, statistik dapat menyelamatkan jiwa. Dan jika statistik hanya dijadikan alat untuk mendapat uang, uang dapat diperoleh.

    Uang dan kekayaan orang lain

    Satu dari sekian alasan gerakan anti-imunisasi adalah mengalirnya uang ke para produsen vaksin. Apa ada yang salah? Tampaknya menurut mereka, kita memasukkan uang ke kantong produsen vaksin dan menjadikan mereka kaya adalah salah.

    Kenapa membuat orang menjadi kaya itu salah? Apalagi jika kita tidakrugi. Ah, saya ralat. Sebagian besar orang (yang menerima vaksin) tidak rugi, kecuali sebagian kecil yang 'rugi' karena tubuhnya memberi reaksi negatif terhadap vaksin.

    Jika kita menolak mengeluarkan biaya hanya dengan alasan 'hanya memperkaya orang lain' atau 'bikin kaya juragan yang udah kaya', kecil kemungkinan kita bisa berbuat apapun. Kecuali mungkin, hidup di peternakan, perkebunan, atau lahan pertanian milik sendiri. Tidak perlu apa-apa dari orang lain. Masa iya?

    Anda dapat membaca email lengkapnya di Hidden Content (format pdf) atau di Hidden Content (format rtf). Mohon JANGAN teruskan ke mana-mana TANPA anda sertakan uraian yang ada di artikel ini.

    Berikut ini adalah bagian yang -bagi saya- lebih penting untuk dibahas.

    Vaksin Hepatitis menyebabkan Hepatitis: Hepatitis yang mana?

    1. Banyak kasus penyakit bayi/balita yang timbul setelah mereka disuntik imunisasi.

    - Pasien lain di RS yang sama mengatakan pada saya, anak saudaranya sampai dengan usia 2 tahun belum pernah suntik Imunisasi Hepatitis namun, setelah ada dokter (spesialis anak) yang tahu, lalu disarankan diimunisasi Hepatitis, kemudian tidak lama setelah itu akhirnya anak saudaranya positif terkena Hepatitis akut, dan harus bolak-balik berobat ke dokter.

    Indonesia adalah daerah endemik Hepatitis B. Rasanya ini sudah cukup untuk dijadikan alasan mengapa bayi baru lahir direkomendasikan untuk mendapat vaksin hepatitis B. Terutama pula karena para carrier virus Hepatitis B biasanya tidak sadar mereka telah terinfeksi, akibatnya dapat dengan mudah menularkannya kepada bayi.

    Tentang terjangkit hepatitis setelah diimunisasi, tergantung jenis hepatitisnya. Hepatitis A menular lewat oral-fecal. Bisa saja anak diberi imunisasi hepatitis B, tapi tertular hepatitis A dari makanan yang terkontaminasi. Atau sebaliknya, diimunisasi hepatitis A tapi tertular hepatitis B dari kontak cairan tubuh dengan carrier (misalnya lewat luka terbuka). Atau diimunisasi hepatitis A tapi sebenarnya ibu adalah carrier virus hepatitis B dan menurunkannya ke anak, yang tidak terlindungi karena tidak diberi vaksin hepatitis B segera setelah lahir.

    Imunisasi dan fisik anak

    - Tetangga saya, sehabis Imunisasi campak, dua hari kemudian malah terkena campak. Tetangga kami yang lain, anak pertamanya rutin diimunisasi, namun fhisiknya malah lemah sering sakit-sakitan,

    Fisik lemah belum tentu karena imunisasi. Faktor lain juga perlu dipertimbangkan. Bagaimana dengan pemberian ASI atau susu formula? Atau pola makan? Atau ada kelainan bawaan? Selain itu, anak yang sedang bertumbuh (6 bulan ke atas), wajar saja jika bolak-balik sakit ringan. Selesma, flu, diare, sistem kekebalan tubuhnya sedang belajar. Seiring usianya bertambah, ia akan semakin jarang sakit.

    - sedangkan anak keduanya sama sekali tidak pernah imunisasi namun malah sehat, hampir tidak pernah sakit (kalaupun sakit cepat sembuh/ringan)

    Anak yang diimunisasi tidak dijamin selalu sehat. Anak yang tidak diimunisasi juga tidak dijamin selalu sehat atau selalu sakit. Bagaimana perbandingan kondisi kedua anak? Jangan hanya dilihat diimunisasi atau tidaknya.

    Bahkan bayi yang diberi ASI eksklusif -yang notabene mendapat asupan antibodi dari ibu setiap menyusu- juga tidak dijamin selalu sehat. Pernyataan 'yang diimunisasi sering sakit dan yang tidak diimunisasi sehat' ini tidak memberikan keterangan 'sebab' yang kuat. Anak tidak menjadi sehat jika tidak diimunisasi.

    - Teman sekolah saya anaknya tidak pernah Imunisasi malah sehat, umur 10 bulan sudah lincah berjalan, dan juga boleh dibilang tidak pernah sakit (kalaupun sakit hanya ringan saja). dan banyak lagi kasus-kasus serupa yang tidak mungkin saya tulis satu persatu.

    I condole with you. Akan jauh lebih banyak lagi deret nama yang dapat ditulis, yang terselamatkan oleh vaksin. Tanpa maksud untuk 'menghilangkan' mereka yang 'menderita' akibat vaksin.

    Usia anak dapat berjalan bervariasi. Apakah jika saya katakan anak yang tidak diimunisasi baru bisa berjalan di usia 1,5 tahun, lalu menjadi dasar bagi pernyataan 'anak menjadi lambat berjalan karena tidak diimunisasi'? Tidak ada hubungannya antara imunisasi dengan berjalan. Berjalan kaitannya dengan kesiapan mental dan motorik anak.

    (Jangan) hindari imunisasi!

    2. Menurut saya, Jika bisa Hindari Imunisasi, kalaupun perlu/terpaksa pilihlah imunisasi yang pokok saja (bukan imunisasi lanjutan/yang aneh-aneh) alasannya:

    IMHO, tidak ada imunisasi yang aneh-aneh. Sedangkan imunisasi lanjutan bukanlah imunisasi di luar imunisasi wajib (yang ditetapkan oleh Hidden Content ), tapi imunisasi yang diberikan sebagai tambahan (booster), diluar dosis 'wajib' atas alasan tertentu. Misalnya PIN polio, ketika anak yang sudah diimunisasi polio juga dianjurkan ikut.

    - Kita "Mendzolimi", anak kita sendiri yang memang sedang masa pertumbuhan dan pertahanan tubuhnya masih lemah, malah kita suntikan penyakit (walaupun sudah dilemahkan) ke tubuhnya.

    Betul, itu sudah dijawab sendiri. Bibit penyakit yang sudah dilemahkan ini dimasukkan ke tubuh dalam dosis yang sedemikian rupa sehingga cukup untuk merangsang sistem kekebalan tubuh agar membangun pasukan yang memadai. Bukan supaya sakit.

    Justru karena kekebalan tubuhnya masih lemah, ia perlu 'diajari, siapa yang harus dikenali sebagai musuh dan bagaimana melawannya. Tidakkah lebih zhalim jika kita tahu bagaimana pencegahannya tapi kita memilih diam karena ketakutan (ketimbang ada dasar pemikiran lain, misalnya anak punya alergi terhadap putih telur atau tidak dapat menerima vaksin hidup)?

    - Kita tidak pernah tahu kondisi anak kita sedang benar-benar sehat atau tidak, karena terutama anak yang masih di bawah 1 tahun biasanya belum bisa bicara mengenai kondisi badannya, sedangkan imunisasi harus dilakukan pada bayi/balita yang sehat (tidak sedang lemah fisiknya/sakit).

    Koreksi sedikit. Anak yang sedang selesma atau flu tidak menjadi hambatan untuk diimunisasi. Selain itu, kita bisa kok menilai kondisi kesehatan anak. Jika tidak ada tanda fisik bahwa ia sedang sakit, jika ia tidak memiliki kelainan bawaan sejak lahir, jika insting ibu (biasanya nurani ibu lebih peka terhadap kondisi anaknya) tidak merasakan sesuatu yang aneh, jika perilaku anak tetap aktif dan riang, maka tidak ada masalah.

    Biaya dan jaminan: tidak ada, mana ada?

    - Sesudah kita memasukan penyakit ke tubuh anak kita, biasanya kita juga harus mengeluarkan banyak biaya. (Jasa dokter/RS, harga imunisasi, dsb). Tidak ada jaminan (Dokter/RS/puskesmas) apabila setelah imunisasi anak kita bebas dari penyakit yang telah dimasukan ketubuhnya.

    Memang tidak ada jaminan. Sudah saya jelaskan di awal tadi. Tampaknya para orangtua memang harus lebih aktif mencari informasi tentang vaksin, apa, bagaimana, dan sampai seberapa tinggi orangtua dapat berharap dari vaksin.
    (bersambung)

  12. #297
    Mommies Daily Crew Superstar in Training kirana21's Avatar
    Join Date
    Mar 21, 2008
    Location
    Jakarta, Surabaya
    Posts
    7,622
    Mentioned
    450 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Imunisasi

    (sambungan)
    Tentu saja kita mengeluarkan biaya untuk layanan kesehatan. Sama saja seperti kita berbelanja. Dan tempat kita berbelanja juga umumnya tidak menjamin produk yang dijual. Konsumen yang dituntut untuk teliti terhadap barang yang dibeli. Mengapa kita tidak memberlakukan hal yang sama dengan produk kesehatan?

    - Contoh nyata yang terjadi pada anak saya, padahal anak saya sudah 2 kali imunisasi HIB ketika berusia +/- 5 dan 7 bulan ), padahal sebelumnya dokter bilang imunisasi HIB untuk menghindari penyakit Radang Otak, namun nyatanya anak saya malah meninggal akibat penyakit Radang Otak.

    Again, I condole. Dan anak saya baik-baik saja setelah diimunisasi HiB secara simultan dengan DPT dan polio. Ini dapat menjadi pertimbangan bahwa tidak semua anak sama. Jika tidak semua anak dianggap memerlukan vaksin, maka tidak semua anak pula boleh dianggap tidak memerlukan vaksin.

    Apakah kuman yang menyebabkan radang otak sama dengan yang terkandung dalam vaksin? Jika tidak, tentu dapat dimengerti.

    Gerakan anti-imunisasi: global!

    - Menurut seorang rekan yang pernah membaca Literatur terbitan Prancis, justru Imunisasi sudah tidak populer di Amerika Serikat, dan terus berusaha dihilangkan dan tidak dipergunakan lagi, bahkan di Israel Imunisasi telah di STOP samasekali, padahal kita tahu negara-negara itu merupakan pelopor "industri", imunisasi.

    Tanpa mengurangi rasa hormat, berita tersebut tidak benar, jika rekannya tidak berbohong. Literatur mana? Terbitan mana? Imunisasi tidak populer di AS? Tragis sekali. Anda bisa telusuri sendiri di internet dan situs resmi pemerintah AS, jadwal imunisasi tetap dikeluarkan setiap tahun. Bahkan anak-anak yang tidak melengkapi jadwal imunisasinya tidak diperbolehkan mendaftar di banyak sekolah (yang kemudian juga memancing reaksi dari para orangtua).

    Atau, mungkin berita itu benar dan rekannya tidak berbohong, tapi yang dikutip sebagai sumber/literatur berasal dari 'golongan' anti-imunisasi. Tentu saja anda dapat mengharapkan segala informasi negatif tentang imunisasi ada di sana. Dan jika berawal dengan prasangka negatif, bukti nyata di depan mata pun sanggup (mereka) (di)jadikan mentah.

    Vaksin flu bahkan dikembangkan di sana dan ada program vaksinasi flu setiap tahunnya. Israel adalah pelopor industri vaksin? Sejak kapan? Bagaimana ini bisa menjadi bukti bahwa imunisasi dihilangkan?

    - Menurut pengalaman saya jumlah kadar/isi setiap pipet/tabung imunisasi semua sama, jadi imunisasi tidak melihat berdasarkan berat tubuh/perbedaan Ras/warna kulit, padahal kalau Obat/Imunisasi itu Impor, tentulah kadarnya disesuaikan dengan berat/fisik orang Luar (Barat) yang jelas lebih basar dan kuat fisiknya dibanding orang Asia, namun kita malah sama-sama menggunakan dengan takaran yang sama. (akibatnya overdosis).

    Maaf, vaksin wajib di Indonesia sudah diproduksi di dalam negeri, tidak lagi impor. Apakah sudah dibandingkan antara vaksin impor dan vaksin lokal? Berbedakah jumlahnya?

    Yang penting diperhatikan sebelum memberikan vaksin tertentu adalah titer antibodi, bukan berat badan. Dan titer antibodi ini tidak berhubungan dengan berat badan, karena dinyatakan dalam konsentrasi.

    Saya menanyakan langsung kepada penyelenggara program imunisasi (Hidden Content , National Immunization Program) di Hidden Content (Centers for Disease Control and Prevention) mengenai vaksin HiB ini, dan berikut adalah salinan jawabannya:

    In general terms, a vaccine dose is based on AGE and the development of the immune system - NOT height and weight. The doses are either pediatric or adult.

    Also, there are several different organisms that can cause meningitis (saya agak kesulitan dengan radang otak yang dimaksud dalam email tersebut, karena tidak ada keterangan apakah meningitis [radang selaput otak] atau ensefalitis [radang otak]). There are bacterial and VIRAL organisms that can cause meningitis. HiB is NOT THE ONLY ORGANISM that causes meningitis.

    I would also remind you that NO MEDICATION, including HiB vaccine is 100% effective. And one last point - HiB vaccine is made with INACTIVATED (dead) bacteria, which can induce an immune response, but CANNOT cause disease.

    Donna L. Weaver, RN, MN
    Nurse Educator
    National Immunization Program

    Penekanan pada beberapa kata berasal dari saya.

    Nah, terbantah sudah dugaan bahwa radang otak tersebut diakibatkan oleh bakteri yang terkandung dalam vaksin HiB.

    3. Jika tidak "urgent" sekali, hindari rawat inap di RS, karena banyak prosedur/step-step pengobatan yang akhirnya akan melemahkan tubuh pasiennya. (Contoh: keharusan berpuasa, pemasangan infus, pengambilan darah yang terus menerus, foto Rontgen, operasi, kemoteraphy, dsb). Jikalau perlu coba dulu dengan cara pengobatan alternatif/tradisional.

    Tentu saja. Langkah itu memang seharusnya tidak ditempuh jika tidak penting DAN mendesak. Juga pilihan untuk pengobatan
    alternatif/tradisional. Apakah dilakukan juga jika tidak urgent?

    Jika pengobatan alternatif lebih dipilih, apakah reaksinya akan tetap sama jika hasilnya negatif? Atau mirip reaksi terhadap ramalan? Kalau berhasil, "Tuh, kan, manjur". Kalau tidak berhasil, "Ya namanya juga alternatif. Namanya juga usaha, boleh dong". Tidak 'adil', ya.

    Berpuasa memang biasanya dilakukan sebelum operasi. Kalau lambung terisi, bisa ada kemungkinan buang air (besar/kecil) ketika operasi sedang berlangsung. Berhubung operasi harus dilakukan dalam keadaan aseptik, maka keluarnya kotoran dapat memperbesar kontaminasi kuman patogen ke luka operasi yang sedang terbuka. Ini bahaya.

    Pengambilan darah secara periodik hanya dilakukan apabila tidak ada jalan lain untuk mengetahui kondisi pasien. Biasanya ini untuk mengawasi keadaan yang cepat berubah, dan bisa diamati segera dengan menganalisa darah. Misalnya trombosit, leukosit, dan sebagainya.

    4. Jika perlu dengan tegas untuk menolak suatu tindakan medis yang akan dilakukan RS, jika kita yakini manfaatnya tidak benar-benar berpengaruh terhadap kesembuhan pasien.

    Bagus. Memang harus begitu. Jangan hanya berserah dan melimpahkan tanggungjawab kepada dokter. Dengan demikian orangtua juga harus aktif memperkaya ilmu sehingga dapat berdiskusi secara sejajar dengan dokter, tidak hanya 'menerima sabda'.

    Sayangnya, orangtua seringkali juga terima saja jika diresepkan vitamin macam-macam dengan alasan untuk kesehatan/memperkuat kekebalan tubuh, padahal manfaatnya juga tidak benar-benar jelas. Berat sebelah?

    5. Jika perlu lakukan 2nd opinion pada RS/dokter lain yang setara/lebih baik.

    Betul sekali.

    6. Banyak tanya, biarlah kita dibilang "bawel", tanyalah setiap tindakan medis yang akan dilakukan, mengapa akan di lakukan,
    akibat-akibatnya, ada tidak cara-cara lain/alternatif lain yang lebih baik/tidak terlalu menyakiti pasien.

    Setuju. Dan jika memang 'menyakiti' adalah cara terbaik yang dapat menguntungkan, bersiaplah untuk memilihnya.

    7. Terus temani pasien (bisa bergantian dengan keluarga yang lain), karena setiap saat bisa ada tindakan medis yang memerlukan persetujuan, dan cermati semua pekerjaan perawatannya, jika ada yang habis/kurang jangan sungkan melaporkan ke tenaga medis yang ada segera.

    8. Terus berdoa, karena segala sesuatunya telah ditetapkan oleh "Yang
    Maha Kuasa", manusia hanya bisa ikhtiar dan berusaha.

    None other than agree. Saya salut pada keluarga ini yang sanggup berlapang dada dan mengajak pada kepasrahan.

    Saya betul-betul berharap dapat membantu mencerahkan, alih-alih bikin suasana tambah runyam. Karena itu saya khusus minta bantuan ekstra dari Hidden Content (yang dokter tulen). Saya salinkan sebagian tanggapan beliau:

    "tapi kalau ternyata kejadian betulan kan ya kejam betul saya langsung menuding itu bohong"
    *Ini kata-kata dari email saya

    Ya, saya sependapat.
    Jika email tersebut kita anggap benar, saya masih sedikit penasaran. Orang tua yang baru kehilangan anak tercinta, sangatlah manusiawi mengungkapkan kedukaannya. Mengapa melalui email berantai? Mengapa diakhiri dengan sikap toleransi (pementahan) pada point 7 dan 8?

    Rasa penasaran saya berikutnya adalah kesinambungan waktu. Mungkin salah tulis atau saya salah memahami. Coba kita perhatikan, si bayi malang dilahirkan pada pertengahan bulan Juni 2005, sedangkan email (original) 29 April 2005. Pada usia 7 bulan masuk RS (17 Maret 2005). Meninggal 12 April 2005. Emailnya apa adanya kan?

    Iya, cak, kata mbak Dinar -juga yang saya lakukan- itu tidak diedit, bahkan header-header yang timbul akibat tindakan 'forward' juga dibiarkan apa adanya. saya malah ndak memperhatikan tanggal itu hehehe…

    Sekian, berikutnya pribadi (ehm). Sisanya cak Moki mengaku:

    Akhirnya, monggo diposting. Lebih adil jika yang menulis Bu Lita, lebih merepresentasikan seorang ibu, mewakili kaum terpelajar. Sejujurnya, saya tidak mampu menulis sebagus itu. Sungguh, bukan basa-basi.
    Dan saya bangga seandainya banyak yang seperti itu.

    Waks. Malu saya. Sungguh hanya ingin berbagi, kok. Saya prihatin jika banyak orangtua mengambil keputusan dengan tergesa-gesa hanya karena takut. Sesal kemudian betul-betul tidak berguna. Apalagi jika sudah menyangkut anak. Semesta di dunia. Terimakasih buanget ya, cak!

    Anda yang ingin mengetahui langsung dapat membaca 10 Things You Need Know about Immunization di Hidden Content , atau bahkan bertanya langsung ke CDC Information Contact Center via Hidden Content .

    Artikel ini juga layak dibaca: Hidden Content
    Circular logic. Big thanks, Hidden Content Hidden Content
    *note: komen2 di blog aslinya juga beberapa cukup informatif

    *penulis adalah ibu 2 anak, guru kimia SMUN di tebet, FDers (cheeky_one)

  13. #298
    Topaz faustomania's Avatar
    Join Date
    Feb 18, 2010
    Location
    jakarta, indonesia
    Posts
    3,334
    Mentioned
    24 Post(s)
    Tagged
    0 Thread(s)

    Default Re: Imunisasi

    Nah, sekarang beneran lengkap infonya Hidden Content thanks kirana for sharing..
    Kalau gw berusaha smart dg banyak cari info (baca buku, browsing, dll), gw jg nanya dsa (org yang gw percaya) untuk membimbing gw what to do baik saat anak gw sakit ato sehat.. Dan gw percaya dokter gw ga berusaha celakain anak gw, so gw percaya vaksin.
    Kalo dibilang vaksin isinya zat bahaya, my simple mind tells me obat yg dikasi saat anak sakit jg isinya zat2 bahaya/racun kok.. Tp berguna bantu bunuh penyakit.. So?
    Balik ke masing2 lah.. Yg percaya ya kasi vaksin, yg ga percaya ya ga ush vaksin (tp tetep ke dokter kalo anak sakit ga? Hehe)

  14. #299

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Imunisasi

    Hidden Content

    Waspadai Efek Imunisasi
    Mother And Baby Tue, 02 Mar 2004 14:31:00 WIB
    Imunisasi memang penting untuk membangun pertahanan tubuh bayi. Tetapi, orangtua masa kini seharusnya lebih kritis terhadap efek samping imunisasi yang mungkin menimpa Si Kecil.
    Pertahanan tubuh bayi dan balita belum sempurna. Itulah sebabnya pemberian imunisasi, baik wajib maupun lanjutan, dianggap penting bagi mereka untuk membangun pertahanan tubuh. Dengan imunisasi, diharapkan anak terhindar dari berbagai penyakit yang membahayakan jiwanya.
    Di lain pihak, pemberian imunisasi kadang menimbukan efek samping. Demam tinggi pasca-imunisasi DPT, misalnya, kerap membuat orangtua was-was. Padahal, efek samping ini sebenarnya pertanda baik, karena membuktikan vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh tengah bekerja. Namun, kita pun tidak boleh menutup mata terhadap fakta adakalanya efek imunisasi ini bisa sangat berat, bahkan berujung kematian. Realita ini, menurut Departemen Kesehatan RI disebut “Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi”(KIPI). Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan (KN PP) KIPI, KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.
    Tidak Ada yang Bebas Efek Samping
    Menurut Komite KIPI, sebenarnya tidak ada satu pun jenis vaksin imunisasi yang aman tanpa efek samping. Oleh karena itu, setelah seorang bayi diimunisasi, ia harus diobservasi terlebih dahulu setidaknya 15 menit, sampai dipastikan tidak terjadi adanya KIPI (reaksi cepat).
    Selain itu, menurut Prof. DR. Dr. Sri Rejeki Hadinegoro SpA.(K), untuk menghindari adanya kerancuan antara penyakit akibat imunisasi dengan yang bukan, maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu. “Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat. Dilihat dari gejalanya pun, dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya,” terang Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.
    Pada umumnya, semakin cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya. Pada keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (pasca-vaksinasi rubella), bahkan 42 hari (pasca-vaksinasi campak dan polio). Reaksi juga bisa diakibatkan reaksi simpang (adverse events) terhadap obat atau vaksin, atau kejadian lain yang bukan akibat efek langsung vaksin, misalnya alergi. “Pengamatan juga ditujukan untuk efek samping yang timbul akibat kesalahan teknik pembuatan, pengadaan, distribusi serta penyimpanan vaksin. Kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul kebetulan,” demikian Sri.
    Penelitian Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM), AS, melaporkan, sebagian besar KIPI terjadi karena faktor kebetulan. “Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan atau pragmatic errors),” tukas dokter yang berpraktek di RSUPN Cipto Mangunkusumo ini.
    Stephanie Cave MD, ahli medis yang menulis “Yang Orangtua Harus Tahu tentang Vaksinasi Pada Anak” menyebutkan, peluang terjadinya efek samping vaksin pada bayi dan anak-anak adalah karena mereka dijadikan target imunisasi massal oleh pemerintah, pabrik vaksin, maupun dokter. Padahal, imunisasi massal yang memiliki sikap “satu ukuran untuk semua orang” ini sangat berbahaya. Karena, “Setiap anak adalah pribadi tersendiri, dengan bangun genetika, lingkungan sosial, riwayat kesehatan, keluarga dan pribadi yang unik, yang bisa berefek terhadap cara mereka bereaksi terhadap suatu vaksin,” demikian Cave.
    Beberapa Kejadian Pasca-Imunisasi
    Secara garis besar, tidak semua KIPI disebabkan oleh imunisasi. Sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa faktor KIPI yang bisa terjadi pasca-imunisasi:
    1. Reaksi suntikan
    Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik, baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan. Sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope atau pingsan.
    2. Reaksi vaksin
    Gejala KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh umumnya sudah diprediksi terlebih dahulu karena umumnya “ringan”. Misal, demam pasca-imunisasi DPT yang dapat diantisipasi dengan obat penurun panas. Meski demikian, bisa juga reaksi induksi vaksin berakibat parah karena adanya reaksi simpang di dalam tubuh (misal, keracunan), yang mungkin menyebabkan masalah persarafan, kesulitan memusatkan perhatian, nasalah perilaku seperti autisme, hingga resiko kematian.
    3. Faktor kebetulan
    Seperti disebut di atas, ada juga kejadian yang timbul secara kebetulan setelah bayi diimunisasi. Petunjuk “faktor kebetulan” ditandai dengan ditemukannya kejadian sama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat, dengan karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.
    4. Penyebab tidak diketahui
    Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab, maka untuk sementara dimasukkan ke kelompok “penyebab tidak diketahui” sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya, dengan kelengkapan informasi akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.
    ‘Imunisasi itu Aman’ Ilmu Pengetahuan atau Fiksi?
    Keraguan tentang aman-tidaknya imunisasi bukan sesuatu yang mengada-ada. Saat ini sudah ada puluhan ribu kejadian buruk akibat imunisasi yang dilaporkan, dan puluhan ribu lainnya yang tidak dilaporkan. Pada anak-anak, imunisasi (dan antibiotik) bertanggung jawab untuk sebagian besar reaksi negatif dibanding obat-obat resep lainnya. Jadi realitanya, tidak ada obat yang aman untuk setiap anak. Dan, beberapa obat lebih berbahaya daripada beberapa obat lainnya.
    Keamanan imunisasi seharusnya berlandaskan pada ilmu pengetahuan yang baik, bukan hipotesa, pendapat, keyakinan perorangan, atau pengamatan. Namun faktanya, hingga kini banyak yang tidak diketahui para ilmuwan tentang cara kerja imunisasi di dalam tubuh pada tingkat sel dan molekul. Tes yang memadai untuk imunisasi juga tidak ada. Yang juga kurang, adalah pengertian tentang efek jangka panjang dari imunisasi massal bagi bayi dan anak-anak. Yang diketahui adalah, sejak akhir tahun 1950-an, ketika imunisasi massal mulai diwajibkan di Amerika Serikat, telah terjadi peningkatan kasus kelainan sistem imun dan persarafan, termasuk kesulitan memusatkan perhatian, asma, autisme, diabetes anak-anak, sindroma keletihan menahun, kesulitan belajar, rematoid artritis, multipel sklerosis, dan masalah kesehatan yang menahun lainnya.
    Di Amerika Serikat dan tempat-tempat lain di dunia, adanya peningkatan besar jumlah masalah medis yang terkait dengan imunisasi yang dilaporkan orangtua dan profesional kedokteran, telah mencetuskan suatu gerakan yang menuntut dilakukannya lebih banyak kajian yang lebih baik tentang potensi efek buruk jangka panjang atau menahun dari imunisasi. (BOD/What Your Doctor May Not Tell You About Children’s Vaccination)
    Sumber: Tabloid Ibu Anak
    Informasi diatas memberikan perimbangan dari info yang diberikan kirana21

  15. #300

    Join Date
    Jan 1, 1970
    Posts
    0
    Mentioned
    Post(s)
    Tagged
    Thread(s)

    Default Re: Imunisasi

    Hidden Content
    Review Buku: Yang Orangtua Harus Tahu tentang Vaksinasi pada Anak
    December 18th 2007, on Kesehatan, Ulasan Buku
    Buku berjudul Yang Orangtua Harus Tahu tentang Vaksinasi pada Anak ini adalah saduran dari buku berjudul What Your Doctor May Not Tell You About Children’s Vaccinations karangan Stephanie Cave, M.D., F.A.A.F.P bersama Deborah Mitchell.
    Diterbitkan dengan ISBN 979-22-349-4 yang diterbitkan pertama kali oleh PT. Gramedia Pustaka Utama cetakan pertamanya pada tahun 2003.
    Buku yang sangat memukau saya karena menyajikan banyak informasi mengejutkan tentang vaksinasi yang tidak pernah ditemukan di media informasi apapun.
    Selama ini setiap informasi yang kita terima mengenai vaksinasi adalah suatu hal yang harus dilakukan dan memiliki dampak nol persen terhadap kesehatan manusia.
    Padahal sebagaimana tertulis dalam lembaran pertama buku ini disebutkan sebagai berikut, “Dalam hal vaksinasi anak, mencegah mungkin tidak lebih baik daripada menyembuhkan”.
    Ditutup dengan kalimat berikutnya, “Jangan ambil resiko untuk kesehatan anak Anda! Pelajari lebih lanjut tentang vaksinasi yang ada pada masa kini dengan… ORANG TUA HARUS TENTANG VAKSINASI ANAK”.
    Mengapa hal tersebut menjadi penting?
    Karena sebagai orang tua, tentunya kita mengharapkan hal terbaik yang dapat kita berikan kepada seluruh anak kita. Hal tersebut hanya dapat diwujudkan jika dan hanya jika kita memiliki informasi yang memadai mengenai apapun yang ingin kita persembahkan kepada mereka.
    Fakta-fakta mengejutkan tentang kandungan merkuri yang digunakan dalam sebagian besar vaksin anak saat ini baru salah satu contoh mengerikan tentang vaksin yang harus Anda ketahui.
    Berikut ini adalah beberapa hal yang mungkin tidak Anda ketahui tentang vaksin:
    1. Beberapa vaksin mengandung racun seperti air raksa (merkuri), almunium dan formalin
    2. Di tahun 1998, Pemerintah Perancis menghentikan program vaksinasi berbasis sekolah yang memberikan vaksin Hepatitis B kepada anak-anak usia sekolah karena kasus multiple-sklerosis telah dikaitkan dengan vaksin tersebut dan lebih dari 600 kasus imunitas dan persyarafan telah dilaporkan.
    3. Beberapa vaksin dibuat menggunakan bahan yang berasal dari jaringan manusia dari janin yang digugurkan.
    4. Kebanyakan negara mewajibkan bahwa saat anak berusia 5 tahun, ia sudah harus menerima 33 dosis dari 10 vaksin.
    5. Para dokter hanya melaporkan kurang dari 10 persen kejadian buruk yang berkaitan dengan vaksinasi dan/atau sesudah vaksinasi.
    Selain itu salah satu isu keamanan yang menurut buku ini sering diabaikan adalah bahan-bahan tambahan yang terdapat dalam vaksin sebagai berikut:
    1. Alumunium
    Logam ini ditambahkan ke dalam vaksin dalam bentuk gel atau garam sebagai pendorong terbentuknya antibodi. Alumunium telah dikenal sebagai penyebab kejang, penyakit alzheimer, kerusakan otak dan dimensia (pikun). Logam ini biasanya digunakan pada vaksin-vaksin DPT, DaPT dan Hepatitis B.
    2. Benzetonium Khlorida
    Benzetonium adalah bahan pengawet dan belum dievaluasi keamanannya untuk dikonsumsi oleh manusia. Biasa digunakan sebagai campuran vaksin anthrax terutama diberikan kepada para personil militer.
    3. Etilen Glikol
    Biasa digunakan sebagai bahan utama produk antibeku dan digunakan sebagai pengawet vaksin DaPT, polio, Hib dan Hepatitis B.
    4. Formaldehid
    Bahan kimia yang terkenal sebagai zat karsinogenik (penyebab kanker) yang biasanya digunakan dalam proses pengawetan mayat, fungisida/insektisida, bahan peledak dan pewarna kain.
    Selain beracun, menurut Sir Graham S. Wilson pengarang buku The Hazards of Immunization formalin tidak mamadai sebagai pembunuh kuman sehingga maksud penggunaannya sebagai penonaktif kuman dalam vaksin menjadi tidak berfungsi dengan baik.
    Akibatnya adalah kuman yang seharusnya dilemahkan dalam vaksin tersebut malah menguat dan menginfeksi penggunanya.
    5. Gelatin
    Bahan yang dikenal sebagai alergen (bahan pemicu alergi) ini banyak ditemukan dalam vaksin cacar air atau MMR. Bagi kaum Muslim, gelatin menimbulkan isu tambahan karena biasanya bahan dasarnya berasal dari babi.
    6. Glutamat
    Bahan yang digunakan dalam vaksin sebagai penstabil terhadap panas, cahaya dan kondisi lingkungan lainnya. Bahan ini banyak dikenal sebagai penyebab reaksi buruk kesehatan dan ditemukan pada vaksin varicella.
    7. Neomisin
    Antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di dalam biakan vaksin. Neomisin menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang dan sering ditemukan dalam vaksin MMR dan polio.
    8. Fenol
    Bahan yang berbahan dasar tar batu bara yang biasanya digunakan dalam produksi bahan pewarna non makanan, pembasmi kuman, plastik, bahan pengawet dan germisida.
    Pada dosis tertentu, bahan ini sangat beracun dan lebih bersifat membahayakan daripada merangsang sistem kekebalan tubuh sehingga menjadi berlawanan dengan tujuan utama pembuatan vaksin.
    Fenol digunakan untuk pembuatan beberapa vaksin termasuk vaksin tifoid.
    9. Streptomisin
    Antibiotik ini dikenal menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang dan biasa ditemukan dalam vaksin polio.
    10. Timerosal/Merkuri
    Bahan yang sangat beracun yang selama beberapa puluh tahun digunakan pada hampir seluruh vaksin yang ada di pasaran. Padahal timerosal/merkuri adalah salah satu bahan kimia yang bertanggung jawab atas tragedi Minamata di Jepang yang menyebabkan lahirnya bayi-bayi yang cacat fisik dan mentalnya.
    Berikut ini adalah beberapa kerusakan yang disebabkan keracunan merkuri:
    1.Otak bayi masih mengalami perkembangan yang cepat dan merkuri bisa merusak sel otak secara menetap.
    2. Sistem kekebalan tubuh bayi masih belum berkembang secara penuh sehingga bayi tidak mempunyai kemampuan melawan serangan benda asing (bakteri, virus dan racun lingkungan) secara benar.
    3. Kemampuan tubuh bayi untuk membuang racun dari tubuhnya melalui hati belum berkembang sepenuhnya sehingga zat-zat berbahaya cenderung menetap di dalam tubuhnya seperti merkuri, formalin dan alumunium.
    4. Penghambat darah-otak (selaput yang berada di antara darah yang beredar di tubuh dengan otak yang berfungsi bahan-bahan berbahaya mencapai otak) belum mampu menghalangi racun yang bisa merusak otak.
    5. Gejala keracunan merkuri yang paling umum antara lain adalah:
    * Perubahan suasana hati dan kepribadian, termasuk mudah marah dan malu
    * Hilangnya sensasi dan masalah penglihatan serius
    * Ketulian dan kecenderungan kesulitan berkomunikasi karenanya
    * Kelemahan otot dan tidak adanya koordinasi tubuh yang baik
    * Hilangnya/lemahnya ingatan
    * Tremor/gemetaran
    Belum lagi fakta-fakta yang disajikan dalam buku ini yang mengkaitkan vaksinasi yang berbahaya dengan meningkatnya kasus-kasus autisme saat ini.
    Dimana kasus autisme ini ternyata memiliki kemiripan dengan gejala-gejala keracunan merkuri yang banyak digunakan dalam vaksin.
    Hal yang menarik lainnya untuk kita di Indonesia yang sedang gencar-gencarnya melakukan vaksinasi polio melalui mulut (oral/dimakan) adalah fakta bahwa sejak tahun 2000 Sentra Pengendalian Penyakit Amerika Serikat sudah menghentikan vaksin oral dan digantikan dengan suntikan.
    Mengapa? Karena vaksinasi polio oral terbukti menimbulkan sampai 10 kasus polio per tahun dan dituding menyebabkan gangguan serius pada sistem pencernaan terutama penyumbatan usus!
    Lantas mengapa informasi-informasi tersebut cenderung tidak pernah terpublikasikan secara luas?
    Alasannya tentu saja sederhana sekali: UANG.
    Bisnis produksi dan penjualan vaksin bernilai milyaran dollar Amerika Serikat per tahun! Selain itu banyak sekali bukti-bukti yang kemudian dibungkam menelusuri bahwa penyakit-penyakit saat ini seperti HIV/AIDS, DBD (demam berdarah), flu burung, dsb adalah senjata biologi yang sengaja dikembangkan yang kemudian dilepaskan ke komunitas sehingga mendorong kebutuhan akan obat dan vaksin penyakit-penyakit tersebut.
    Saya dan isteri pun akhirnya sepakat untuk tidak memvaksinasi puteri kami. Hal ini kami lakukan setelah berkonsultasi dengan banyak ahli kesehatan (kedokteran, kimia klinis, teknologi kesehatan, dsb).
    Apalagi ternyata teman-teman kami yang menjadi atau sedang kuliah menjadi dokter di Eropa secara terang-terangan menyatakan “vaksinasi adalah fiksi seperti cerita manusia mendarat di bulan..”
    Last edited by ummu fayyadh; Feb 7, 2011 at 02:27 PM.

Page 20 of 152 FirstFirst ... 10 18 19 20 21 22 30 70 120 ... LastLast